Liputan6.com, Buton Tengah - Bentrok di Buton Tengah pecah pada Rabu (27/11/2019) sekitar pukul 22.30 Wita. Akibatnya, satu orang pemuda tewas dan 25 rumah dibakar warga.
Insiden ini disebabkan perkelahian antara dua kelompok pemuda Kelurahan Tolandona Kecamatan Sangiawambulu dengan pemuda Desa Wadiabero Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah.
Kejadiannya bermula di Desa Wadiabero Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah. Salah seorang warga di desa tetangga dikeroyok oleh sejumlah kelompok pemuda.
Advertisement
Baca Juga
Korban yang diketahui bernama La Ode Muhammad Hamza (21) tewas di lokasi kejadian dan meninggal dunia. Salah seorang rekan korban bernama La Ode Zainal (16), beruntung masih selamat dan bisa melarikan diri.
Saat diketahui rekan-rekan korban, secara spontan, mereka datang membalas ke Desa Wadiabero. Mereka datang mencari terduga pelaku penikaman.
Saat itulah, warga kemudian terlibat bentrok di Buton Tengah terjadi. Diawali aksi saling lempar dan memaki, bentrokan pun pecah. Karena terdesak, warga Desa Wadiabero mundur dan terjadilah aksi pembakaran rumah dan kendaraan warga di lokasi itu.
"Saat itu, karena personel keamanan yang kurang, warga tak terkendali dan aksi kerusuhan membesar," ujar Kasubid Penmas Polda Sulawesi Tenggara, Kompol Agus Mulyadi, Kamis (28/11/2019).
Laporan yang disampaikan Polda Sulawesi Tenggara, sebanyak 54 orang personel Polres baru ada di lokasi bentrok di Buton Tengah beberapa jam setelah kejadian. Personel sebanyak ini kemudian mengamankan lokasi.
Puluhan Rumah dan Kendaraan Dibakar
Sebanyak 25 unit rumah warga di Desa Wadiabero, hangus terbakar dan 16 unit rata dengan tanah. Rumah warga yang kebanyakan berbentuk panggung dan terbuat dari kayu, menyebabkan api cepat menjalar.
Selain itu, 12 unit kendaraan bermotor ikut terbakar. Sepeda motor sebanyak ini, diletakkan di depan rumah warga dan dibakar massa yang menyerang.
Sebuah ruko dan bengkel, tak luput dari aksi pembakaran. Massa yang membabi buta, membakar semua bangunan yang dilewati.
"Hingga saat ini, ada sebanyak 108 jiwa yang mengungsi," ujar salah seorang warga Wadiabero, Junaidin Salam, saat dihubungi Liputan6.com.
Dia mengatakan, warga juga masih trauma karena aksi pembakaran. Sebab, banyak ibu tumah tangga yang tidak tahu apa-apa sebelum peristiwa itu. "Warga malah banyak yang masih tidur saat aksi pembakaran, tak ada polisi, jadi warga terpaksa lari ketakutan," ujarnya.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement