Lahirnya Pram-Pram Muda di Blora

Harun mendorong lahirnya penulis baru, yang disebutnya dengan istilah 'Pram-Pram muda', di kota lahirnya tokoh penulis lintas zaman ini, Blora

oleh Ahmad Adirin diperbarui 02 Des 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2019, 08:00 WIB
Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Harun Mahbub Billah mengisi workshop Jurnalistik yang digelar STAI Muhammadiyah Blora, ‘2 Jam Bisa Jadi Wartawan’. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Harun Mahbub Billah mengisi workshop Jurnalistik yang digelar STAI Muhammadiyah Blora, ‘2 Jam Bisa Jadi Wartawan’. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Jakarta "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,".

Penggalan kalimat tersebut dilontarkan Redaktur Pelaksana Liputan6.com Harun Mahbub Billah saat mengisi materi workshop jurnalistik Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Muhammadiyah Blora, Jawa Tengah di kampus setempat.

"Tahukah anda siapakah yang mengungkapkan kalimat itu pertama kali?," tanya harun kepada para peserta, Sabtu (30/11/2019).

Kalimat itu adalah perkataan dari seorang tokoh asal Blora bernama Pramoedya Ananta Toer atau akrab dikenal Pram. Dan Blora, adalah tanah kelahiran yang sekaligus menjadi awal dari petualangan Pram melintasi zaman.

Pram adalah pemikir cum penulis luar biasa. Jeruji besi dan panasnya Pulau Buru tak memungkas kreativitasnya. Di masa sesudahnya, namanya semakin harum, bahkan setelah wafatnya Pram.

Goresan penanya tak sekadar tulisan. Pram dengan kelihaiannya memotret beragam topik dan persoalan pada zamannya. Karyanya bukan sastra biasa. Di tangan Pram, penggalan-penggalan sejarah bangsa ini terabadikan.

Karenanya, Harun mendorong lahirnya penulis baru, yang disebutnya dengan istilah 'Pram-Pram muda', di kota lahirnya tokoh penulis lintas zaman ini, Blora. Dan Blora, adalah kota tempat terlahirnya banyak para penulis hebat.

Simak video pilihan berikut ini:

2 Jam Mahir Jadi Wartawan

Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Harun Mahbub Billah mengisi workshop Jurnalistik yang digelar STAI Muhammadiyah Blora, ‘2 Jam Bisa Jadi Wartawan’. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Harun Mahbub Billah mengisi workshop Jurnalistik yang digelar STAI Muhammadiyah Blora, ‘2 Jam Bisa Jadi Wartawan’. (Foto: Liputan6.com/Ahmad Adirin)

"Harapan saya bagi para peserta workshop jurnalistik tidak hanya berhenti mengetahui sosoknya Pram saja, namun perlu pula mengetahui sosok yang lainnya," dia mengungkapkan.

Sejarah juga mencatat lahirnya RA Kartini. Pahlawan emansipasi perempuan, yang sayangnya, hanya jerap dikupas sisi feminisnya.

Sisi lain RA Kartini sebagai seorang penulis perempuan hebat yang melampaui zamannya jarang terpublikasikan. Korespondensi, meneguhkan jiwa pemikir RA Kartini.

"Habis gelap terbitlah terang, adalah karya yang ditulis Raden Ayu Kartini. Sampai saat ini namanya dikenang masa," dia menerangkan.

Dalam worskhop jurnalistik itu, Harun berbagi cara mudah menulis hard news dan story news. Diantaranya adalah dengan merumuskan angle berita, membuat outline dan meminta jangan berpikir rumit-rumit.

Kemudian mengajarkan penerapan kalimat aktif dengan pola subyek-predikat-obyek, proses editing tulisan, serta setelah itu baru menentukan sebuah judul berita.

Sebelumnya diinformasikan bahwa workshop jurnalistik STAI Muhammadiyah Blora menggandeng Liputan6.com, dilaksanakan selama dua hari sejak Jumat sampai Sabtu (29-30/11/2019).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya