Trauma yang Mengalir Bersama Curah Hujan Tinggi

Curah hujan yang diprediksi tinggi Februari-Maret membawa trauma terjangan banjir bandang Garut pada 2016.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 16 Jan 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2020, 22:00 WIB
Bupati Garut Rudy Gunawan, didamping Kapolres Garut AKBP Dede Yudi Ferdiansyah dan Dandim 0611 GAryt Letkol Inf. Erwin Agung tengah mengecek kesiapan dalam apel siaga bencana di Garut
Bupati Garut Rudy Gunawan, didamping Kapolres Garut AKBP Dede Yudi Ferdiansyah dan Dandim 0611 GAryt Letkol Inf. Erwin Agung tengah mengecek kesiapan dalam apel siaga bencana di Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut Curah hujan yang cukup tinggi saat ini, membangkitkan memori kelam masyarakat Garut, Jawa Barat, pada musibah bencana alam banjir bandang yang terjadi September 2016 lalu.

Sapuan air bah sungai Cimanuk, mampu meluluhlantakan pemukiman penduduk hingga memakan korban jiwa, yang berada di sepanjang sungai terpanjang di Jawa Barat itu.

Pemerintah Garut pun terus mawas diri, terutama saat musim hujan saat ini, mulai membasahi wilayah yang terkenal dengan produk dodol nya itu.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, hasil pertemuannya dengan Kepala BMKG menyatakan, curah hujan pada bulan Pebruari dan Maret mendatang diprediksi cukup tinggi.

"Curah hujan ini terbesar dalam 50 atau 60 tahun kebelakang," ujar dia dalam apel siaga penanggulangan bencana, Rabu (15/1/2020).

Dalam pertemuan itu, BMKG memprediksi curah hujan yang terjadi pada bulan Februari-Maret mencapai hingga 200 mililiter, atau lebih tinggi dibanding saat tragedi Cimanuk 2016 lalu.

"Cimanuk kemarin kan 135 mililiter, kalau lebih dari itu kita harus sangat waspada," ujar dia mengingatkan.

Untuk menghindari bencana alam dahsyat kembali terulang, lembaganya terus mengingatkan masyarakat, termasuk melakukan pemetaan penanggulangan kebencanaan.

"Misalnya jika terjadi bencana, yang perioritas adalah penyelamatan orangnya dulu, setelah itu baru harta bendanya," papar dia.

Selain itu, pendataan mengenai kebutuhan logistik, hingga kesiapan personil gabungan TNI-Polri, Basarnas dan BPBD, termasuk upaya mereka melakukan penyelamatan jiwa saat bencana datang.

"Untuk anggaran tanggap darurat di Dinas-dinas sudah ada, seperti tersedia 100 ton beras juga susu untuk bayi dan sebagainya, ini juga bantuan dari beberapa perbankan dan para agnia," katanya.

Penghijauan

Deretan kendaraan taktis milik BPBD, Basarna, serta TNI-Polri berderet rapi saat melangsungkan apel siaga bencana di halaman Otista Garut, Jawa Barat
Deretan kendaraan taktis milik BPBD, Basarna, serta TNI-Polri berderet rapi saat melangsungkan apel siaga bencana di halaman Otista Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Seperti diketahui, Selasa malam, 20 September 2016, bakal dikenang sebagai salah satu hari nahas masyarakat Garut. Saat itu, sapuan banjir bandang menerjang tujuh kecamatan yang berada sepanjang sungai Cimanuk.

Tercatat sekitar 2.511 rumah rusak berat dan ringan, serta 100 rumah hilang akibat sapuan banjir itu. Sebanyak 6.361 orang pun diungsikan ke sejumlah lokasi pengungsian.

Total korban meninggal dunia mencapai 34 jiwa. Mereka berhadil ditemukan setelah tercerai di sembilan lokasi pencarian, mulai Lapang Paris, Kabupaten Garut hingga Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang.

Pada saat bersamaan, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, secara resmi membuka kegiatan Gebyar Penanaman 50 ribu bibit tanaman kayu dan buah-buahan, di Kampus STAI Siliwangi.

Menurutnya, sebagai salah satu daerah konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat, lembaganya harus memberikan perhatian serius dalam menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya dengan penghijauan.

"Pada hari ini akan ditanam sekitar 20 ribu pohon, oleh seluruh elemen yang ada di wilayah Leles ini, melibatkan unsur LSM dan masyarakat setempat," ujarnya.

Saat ini kondisi kecamatan Leles, mulai berubah seiring masuknya investasi untuk area industri dan pertambangan. Sehingga upaya itu, dinilai tepat untuk memperkuat keseimbangan ekosistem.

"Untuk pengawasan tanaman sendiri, kalau wilayah kehutanan ada Perhutani dan BKSDA, nah kalau di masyarakat kita membuat fakta integritas," papar dia.

Komandan Komando Distrik Militer 0611/Garut Letkol Inf. Erwin Agung TWA mengatakan, sebagai daerah rawan bencana di Jawa Barat, penting adanya kesiapsiagaan dan antisipasi datangnya bencana.

Saat ini, ada sekitar 13 titik di sleuruh wilayah Garut yang berpotensi rawan bencana alam, terutama banjir dan tanah longsor. “Jadi semuanya kita terapkan sistem early warning,” kata dia.

Selain kesiapsiagaan bencana, lembaganya meminta peran serta masyarakat berperan aktif, dalam memberikan informasi terhadap perubahan alam di wilayahnya masing-masing.

"Misalnya apabila terjadi sedikit saja gejala alam, harus segera dilaporkan, kita harus bentuk tim pendeteksi mulai dari awal," ujarnya.

Simak video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya