16 Alat Deteksi Gempa Baru Dipasang di Penjuru Sulawesi Tengah

Kini BMKG Palu bisa menginformasikan kejadian gempa lebih cepat dan akurat kepada masyarakat.

oleh Heri Susanto diperbarui 15 Mar 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2020, 23:00 WIB
Bekas jembatan IV Palu yang ambruk karena gempa 7,4 SR pada Tahun 2018 lalu. Foto: Heri Susanto.
Bekas jembatan IV Palu yang ambruk karena gempa 7,4 SR pada Tahun 2018 lalu. Foto: Heri Susanto.

Liputan6.com, Palu - Sebanyak 16 alat baru pendeteksi gempa dipasang untuk menambah keakuratan dan kecepatan analisa gempa di Sulteng. Alat deteksi gempa tersebut  di pasang di Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Poso, Buol, Luwuk Banggai, dan Morowali.

5 alat deteksi diantaranya merupakan InaTEWS atau alat deteksi terhubung langsung ke stasiun BMKG Nasional dan beberapa Stasiun BMKG di wilayah terdekat dengan Kota Palu. Sedangkan 11 sisanya merupakan pendeteksi aktifitas sesar atau patahan lokal yang hanya bisa diamati Kantor Stasiun Geofisika Palu.

Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Geofisika Palu, Bambang Haryono mengungkapkan bahwa penambahan alat deteksi gempa di Sulawesi Tengah itu merupakan yang terbanyak se-Indonesia dan telah dioperasikan oleh Stasiun Geofisika Palu.

"Sebelumnya hanya ada 4 (alat deteksi) tapi 2 dalam keadaan mati. Sedangkan alat jaringan InaTEWS sebelumnya hanya ada di Ampana, Tolitoli, dan Palu. Semakin banyak sensor semakin akurat dan cepat analisanya," kata Bambang Haryono, Jumat (13/3/2020).

Jumlah alat deteksi yang bertambah itu membuat potensi terjadinya eror analisa semakin kecil. Dengan banyaknya sensor yang terpasang, proses analisa hingga penyampaian informasi ke masyarakat bisa lebih cepat.

Bambang menjelaskan akurasi alat deteksi gempa tersebut terhadap gempa-gempa yang tidak dirasakan dan tidak dapat dianalisa sebelumnya kini sudah bisa dianalisa dan dinformasikan ke masyarakat. Bahkan gempa dengan kekuatan di bawah 3 SR sudah bisa terdeteksi.

"Belum lama ini ada gempa di Poso dengan kekuatan 2,5 SR. itu tidak dirasakan, tapi kami bisa analisa dan menyampaikannya ke masyarakat dengan cepat. Itu karena sudah ada dua alat yang mendeteksi satu kejadian gempa" sambung Bambang.

Alat-alat deteksi yang mulai dipasang sejak tahun 2019 itu sendiri masih terus dipantau oleh petugas dan diharapkan tetap berfungsi dengan baik.

Sulawesi Tengah sendiri adalah salah satu wilayah yang paling sering mengalami gempa di Indonesia. BMKG Stasiun Geofisika Palu mencatat sepanjang tahun 2019 lalu terjadi sedikitnya 1.099 gempa bumi.

Dari jumlah itu 82 gempa dirasakan getarannya. Aktifitas sesar Palu Koro, sesar Matano dan Sesar Peleng tercatat sebagai penyebabnya. Namun sesar Palu Koro, sesar penyebab gempa 7,4 SR tahun 2018 lah yang yang paling aktif di antaranya.

"Ya sampai sekarang Palu Koro sesar lokal yang paling aktif. Gempa tahun 2018 juga menjadi salah satu alasan penambahan alat deteksi gempa itu," kata Bambang.

Saksikan video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya