Liputan6.com, Belu - Sebanyak lima anak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD).
Bupati Kabupaten Belu, Wilibrodus Lay mengaku, pasien yang meninggal rata-rata anak berusia di bawah 10 tahun. Kematian tersebut disebabkan orangtua pasien tidak membawa anaknya ke rumah sakit lantaran tidak memiliki BPJS.
"Anak-anak ini meninggal karena terlambat ditangani secara medis. Orangtua takut ke rumah sakit karena tidak punya BPJS. Yang terakhir meninggal itu kemarin, anak umur tujuh tahun, mereka datang sudah dalam keadaan kritis semua," katanya, Minggu (15/3/2020).
Advertisement
Wili mengatakan, pihaknya sudah melayangkan surat edaran kepada seluruh kepala desa dan camat, maupun instansi vertikal lainnya di Kabupaten Belu, untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa pelayanan pasien demam berdarah dengue (DBD) tidak dikenakan biaya alias gratis.
"Saya sudah sampaikan untuk berobat gratis ke rumah sakit. Edaran ke desa, lurah, camat dan instansi vertikal lainnya untuk bawa pasien yang demam untuk didiagnosa, jangan pikir biaya karena ada pemerintah. Kemarin ada yang meninggal di depan saya, saya sangat sedih," katanya.
Ia menambahkan, laporan yang diterima saat ini terdapat kurang lebih 80 pasien demam berdarah dirawat di rumah sakit umum daerah Mgr. Gabriel Manek Atambua.
"Untuk penetapan kejadian luar biasa (KLB) kita harus minta ke dinas kesehatan provinsi. Saya lebih setuju KLB sehingga ada perhatian dari pemerintah pusat, karena ini lebih dari virus corona. Saya minta bantuan peralatan dari pemerintah pusat, kalau tidak ya kami beli sendiri alat seperti foging, untuk antisipasi nyamuk demam berdarah," tegasnya.
Ia meminta masyarakat di perbatasan Timor Leste itu, untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena Nusa Tenggara Timur saat ini tercatat sudah 39 orang meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD).