Liputan6.com, Jakarta - Masih banyak masyarakat yang mempertanyakan apakah vaksin dengue aman dan efektif dalam mencegah DBD. Berbagai informasi simpang siur sering membuat bingung, bahkan menimbulkan kekhawatiran.Â
Menurut Vaksinolog Indonesia, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, salah satu kesalahpahaman yang sering muncul adalah anggapan bahwa vaksin mengandung virus hidup atau bibit penyakit.
Advertisement
"Jadi, vaksin bukan memasukkan bibit penyakit, apalagi virus berbahaya," kata dr. Dirga di sela-sela acara 'Peluncuran Video dan WhatsApp CegahDBD' pada Rabu, 23 April 2025.
Advertisement
dr. Dirga menekankan bahwa yang dimasukkan adalah antigen, yaitu zat yang menyerupai virus dengue, tapi bukan virus hidup. "Antigen ini berfungsi untuk merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi," tambahnya.
Dengan kata lain, semua jenis vaksin tidak menyebabkan penyakit, melainkan melatih tubuh untuk mengenali dan melawan virus jika benar-benar terinfeksi di kemudian hari.
Berapa Kali Vaksin Dengue Diberikan?
Program vaksinasi dengue terdiri dari dua dosis yang diberikan dalam interval tiga bulan. Namun, bagaimana jika seseorang terkena dengue setelah dosis pertama?
"Jika seseorang terkena demam berdarah setelah vaksin dosis pertama, maka vaksin dosis kedua tetap perlu diberikan, tapi harus ditunda selama tiga bulan setelah sembuh," kata dr. Dirga. Hal ini karena dalam tiga bulan pertama pasca sakit, antibodi alami tubuh masih cukup tinggi.Â
dr. Dirga menegaskan bahwa dua dosis vaksin dengue penting untuk perlindungan yang optimal. Satu kali vaksin saja tidak cukup untuk membentuk antibodi yang kuat dan tahan lama.
Advertisement
Bagaimana Jika Memiliki Komorbid?
Pertanyaan umum lainnya adalah apakah orang dengan penyakit kronis (komorbid) seperti diabetes, asma, atau hipertensi boleh mendapatkan vaksin dengue.Â
Menurut dr. Dirga, justru orang dengan penyakit komorbid sebaiknya menjadi prioritas vaksinasi, asalkan kondisi mereka terkontrol.
"Yang penting adalah penyakitnya terkontrol. Artinya tidak sedang kambuh atau mengalami gejala berat, dan rutin mengonsumsi obat," kata dr. Dirga.
"Misalnya penderita asma yang tidak sedang bengek, atau diabetes yang gula darahnya stabil, tetap boleh divaksin," tambahnya.
Namun, jika kondisinya tidak terkontrol atau sedang dalam fase akut, maka vaksinasi sebaiknya ditunda hingga kondisinya membaik.
"Ini bukan karena vaksin berbahaya, tetapi agar efektivitas vaksin lebih maksimal," ujarnya.
dr. Dirga juga menepis kekhawatiran bahwa vaksin bisa memperburuk kondisi pasien. Dia menegaskan bahwa semua vaksin, termasuk vaksin dengue, telah melalui proses uji klinis yang ketat sebelum diberikan ke masyarakat luas.
"Vaksin dengue itu aman. Kita mencari waktu terbaik untuk vaksinasi agar perlindungannya optimal, bukan karena vaksin bisa membuat kondisi pasien jadi buruk," katanya.
Apa Efek Samping Vaksin DBD?
Vaksin dengue, seperti halnya vaksin lain, dapat menimbulkan efek samping. Umumnya, efek samping yang muncul bersifat ringan dan sementara, antara lain:Â
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di area suntikan
- Demam ringan hingga sedang
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri otot dan sendi
- Mual atau kehilangan nafsu makan
Efek samping yang lebih serius, seperti reaksi alergi berat (anafilaksis), sangat jarang terjadi.Â
Jika kamu mengalami gejala yang mengkhawatirkan atau berat setelah vaksinasi, segera konsultasikan dengan dokter.
Meskipun vaksin dengue menawarkan perlindungan yang signifikan terhadap infeksi virus dengue, vaksin ini belum menjadi bagian dari program imunisasi wajib di Indonesia.Â
Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sangat disarankan untuk menentukan apakah Anda atau anak kamu layak menerima vaksin ini. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum vaksinasi meliputi:
- Usia
- Riwayat infeksi dengue sebelumnya
- Kondisi kesehatan secara keseluruhan
Advertisement
Siapa Saja yang Harus Mendapatkan Vaksin Dengue?
Vaksin dengue direkomendasikan untuk individu berumur enam hingga 45 tahun, terutama mereka yang tinggal di daerah dengan angka kejadian DBD yang tinggi.Â
Namun, keputusan untuk divaksinasi sebaiknya didasarkan pada konsultasi dengan dokter, yang akan mempertimbangkan kondisi kesehatan individu dan risiko terkena DBD.Â
Penting untuk diingat bahwa vaksin dengue hanya merupakan salah satu bagian dari strategi pencegahan yang lebih luas, yang juga mencakup pemberantasan sarang nyamuk dan menjaga kebersihan lingkungan.Â
Meskipun vaksin dengue memberikan perlindungan yang signifikan terhadap penyakit yang berpotensi fatal, perlu diingat bahwa vaksin ini tidak tanpa risiko. Efek samping, meskipun sebagian besar ringan, tetap perlu dipertimbangkan.Â
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk berdiskusi dengan dokter sebelum memutuskan untuk divaksinasi.Â
