Liputan6.com, Serang - Spanduk provokatif bertuliskan "Takut Kok Dengan Corona. Tuhan Di Anggap Apa?#Santuy" terpampang di beberapa titik di Kota Serang, antara lain di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Alun-alun Kota Serang dan pertigaan lampu merah Sempu, Kota Serang. Entah siapa yang memasang spanduk di kain putih dengan tulisan warna hitam tersebut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang merespons spanduk provokatif yang dipasang orang tak bertanggungjawab itu. Sekretaris MUI Kota Serang, Amas Tajudin mengecam keras tindakan tersebut, dirinya menganggap isi spanduk sangat provokatif, sombong, dan tidak mau berusaha mencegah penyakit seperti yang diajarkan dalam Islam.
Advertisement
Baca Juga
"Kalimat di atas dan atau ucapan senada lainya tampak seperti benar, tetapi sesungguhnya tidak benar dan didalamnya terdapat bentuk kesombongan. Seolah orang yang takut terpapar virus corona dianggap tidak takut kepada Tuhan," katanya kepada Liputan6.com, Senin (30/3/2020).
Menurut Amas, pada hakikatnya (keimanan) setiap muslim apapun aliran pemikiranya meyakini bahwa virus corona berasal dari Tuhan yang Maha Kuasa, dan semua makhluk Nya akan kembali kepadaNya.
Kemudian, setiap orang atau makhluk akan tunduk pada takdirnya, kematian tidak akan terlambat atau mendahului sedikit pun, sekali pun digempur virus corona. Selanjutnya, usaha dan ikhtiar bagian dari yang diajarkan oleh Nabi dan Rasulnya, dilanjutkan tawakal kepada Tuhan.
"Justru orang yang takut corona kemudian berupaya dan berikhtiar agar dirinya dan mengajak orang lain agar tidak terpapar virus tersebut, adalah sedang menjalankan perintah Tuhan," ungkapnya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Gagal Paham
Amas menjelaskan, orang yang menulis kemudian memasang spanduk tersebut di Ibu Kota Banten, dianggap gagal paham memaknai hakikat kehidupan. Karena Corona atau covid-19 dan penyakit lainnya memang berasal dari Tuhan. Sedangkan menghindari kerumunan massa, kontak fisik, pola hidup sehat dan bersih merupakan cara mencegahnya.
Sekretaris MUI ini pun membagikan kisah Sahabat Umar bin Khatab dalam sebuah perjalanan yang sahih (ke Syam), tiba disuatu tempat dikabarkan kepada Umar bin Khattab bahwa di Syam sedang terjadi wabah penyakit, lalu Umar bin Khatab membatalkan perjalan tersebut, kemudian ditegur oleh sahabat yang lain, apakah takut kepada wabah atau takut kepada Tuhan, dan Umar bin Khatab menjawab pada intinya menghindari terjangkit wabah adalah upaya ikhtiar takut kepada Allah, sebagai bentuk tanggung jawab menyelamatkan umat dari wabah, seraya berkata: "menghindari takdir menuju takdir yang lain".
"Bukan berarti takut corona adalah tidak takut Tuhan, justru takut corona bagian dari takut kepada Tuhan, toh ikhtiar dan upaya menghindari corona adalah hakikatnya merupakan perintah Tuhan. Jadi sesungguhnya orang yang mengatakan kok takut corona bukan takut kepada Tuhan, adalah kesombongan yang dikedepankan, padahal sombong itu bukan miliknya (pembuat spanduk)," kata Amas menambahkan.
Advertisement