Tarian Rob, Membaca Doa Melalui Gerak

Air rob yang kotor dan berbau, diakrabi dengan menjadikannya sebagai panggung pertunjukkan.

oleh Kusfitria Marstyasih diperbarui 11 Jun 2020, 03:41 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2020, 03:25 WIB
seni rob
Performance Mentari Isnaini ketika merespon genangan air berbau busuk dengan gerak tari. (foto: Liputan6.com/kusfitriyah Marstyasih)

Liputan6.com, Demak - Panggung tak harus dibangun dari bahan pilihan. Berdiri megah dan kokoh untuk selanjutnya dipijak para seniman ketika berpentas.

Mentari Isnaini (27), penari asal Demak Jawa Tengah ini memilih menggelar pertunjukan di tengah banjir rob yang melanda kampungnya. Repertoar berjudul 'Rob Sayung 13 Mei' ini dilakukan untuk merespon rob yang tak kuasa ditangani pemerintah.

Gesture dan langkah yang sederhana, seperti menggambarkan kesederhanaan warga yang menginginkan rob ditangani sungguh-sungguh. Panggungnya adalah jalanan kampung yang terendam sedalam 1 meter dan menggenangi rumah lebih dari 3 minggu.

Gerakan gemulai, sabetan selendang merah, tubuh yang kuyup terbalur air kecokelatan menjadi sihir. Repertoar ini sengaja dibagikan ke media sosial untuk menunjukkan betapa banjir rob di Demak ternyata tak sudah-sudah.

Tarian itu juga menjadi laku doa yang melangitkan harapan.

“Semua kerabat dan tetangga tak lagi bisa tidur nyenyak karena di dalam rumah pun air setinggi pinggang. Pintu pintu tak berani dibuka sebab air dan arus yang deras dipastikan akan ikut tinggal dalam rumah,” kata Mentari kepada Liputan6.com.

Itulah sebabnya ketika selama berminggu-minggu ia hanya bisa melihat orang orang hilir mudik melalui jendela.

Performance Mentari Isnaini ketika merespon genangan air berbau busuk dengan gerak tari. (foto: Liputan6.com/kusfitriyah Marstyasih)

"Saya tak menyalahkan siapa siapa. Tarian ini adalah sebuah rekam jejak bahwa pernah ada banjir rob besar yang melanda," kata Mentari.

Menurutnya, cara menyikapi banjir rob besar yang secara rutin melanda pesisir Demak terutama di wilayah Kecamatan Sayung, Bonang dan Karangtengah, tak harus dengan demonstrasi atau minta minta bantuan. Secara spontan, ia memilih pertunjukan di tengah genangan banjir rob yang keruh dan busuk karena saat itu jiwanya terpanggil memanjatkan doa dan harapan dengan caranya sendiri.

“Bisa jadi ada yang nyinyir, tapi biarlah. Saya malah berencana menggelar kolaborasi seni di tengah genangan banjir rob sebagai wujud keprihatinan bagi pemukiman pesisir yang terancam tenggelam,” katanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya