Liputan6.com,Kupang- Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan menerapkan dua metode pembelajaran di tengah pandemi corona atau covid-19 di sekolah. Kedua metode tersebut antara belajar dari rumah secara online dan tatap muka di kelas.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Benyamin Lola mengatakan, dua metode pembelajaran ini, harus dilihat tingkat atau level penyebaran atau tertularnya covid-19 di daerah. Level penularan ini yakni level satu atau level hijau (belum ada penularan), level kuning, level oranye, dan level merah.
"Untuk level-level ini kita akan berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Tingkat Provinsi NTT untuk mendapatkan masukan terkait dengan level-level ini," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (11/6/2020).
Advertisement
Baca Juga
Keputusan mengenai kapan sekolah-sekolah di NTT akan dibuka, kata Benyamin, bukan merupakan kewenangannya akan tetapi melalui pertimbangan matang dari tingkat daerah dengan memperhatikan arahan dari pemerintah pusat.
Ia menjelaskan, untuk skenario level hijau yakni pembukaan sekolah dan proses belajar mengajar dilakukan secara terbatas. Terbatas yang dimaksudkan di sini, kata Benyamin adalah membatasi durasi waktu belajar atau pertemuan tatap muka dipersingkat dari waktu 45 menit menjadi 35 menit per mata pelajaran.
"Peserta yang hadir dalam tatap muka bisa dibagi jadi dalam satu rombongan belajar bisa dibagi dua dan bisa juga dilakukan silang secara bergantian dengan rombongan kelas X, XI dan XII tidak masuk secara bersamaan tetapi bergantian setiap harinya. Dan itu dua metode yang bisa kita praktikkan. Tapi tetap memperhatikan protokol kesehatan yang diterapkan dalam pandemi covid-19 ini," ungkapnya.
Dia mengatakan, selain proses pembelajaran di kelas dengan pembagian satu rombongan belajar (rombel) menjadi dua itu tidak ada waktu istirahat. Kalaupun ada waktu istirahat, itupun sangat singkat dan peserta didik tidak diperkenankan untuk keluar dari ruangan serta tidak diperkenankan untuk meminjam buku, peralatan atau apa pun dari teman.
"Masing-masing membawa sendiri termasuk membawa air minum dari rumah dan tidak diperkenakan mengambil air di tempat umum baik di kantin ataupun di mana dan itu tidak diperkenankan," katanya lagi.
Pembelajaran yang diberikan juga tidak secara detail tetapi pokok-pokok saja dan itu menjadi tugas siswa untuk diselesaikan di rumah. Penugasan bisa dilakukan secara komperhensif dan satu tugas yang diberikan kepada siswa bisa menjawab ada beberapa materi pelajaran yang terangkum dalam satu tugas.
"Nanti pada tahap evaluasi masing-masing guru bisa melihat aspek mana yang sesuai materi pembelajarannya. Nah ini memang butuh kreativitas tim guru untuk menyusun penugasan kepada siswa di rumah," pinta mantan Kepala Dinas Perpusatakaan Provinsi NTT ini.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada masa covid-19 khususnya pada saat pembukaan kelas untuk tatap muka terbatas, pihaknya mencoba menyusun protokol kesehatan secara umum di sekolah kemudian ada protokol kesehatan untuk pemanfaatan sarana prasarana.
"Ada beberapa item yang coba kami rumuskan untuk dipegang dan ditindaklanjuti oleh guru dan juga siswa-siswi. Di mana ada protokol kesehatan berangkat dari rumah ke sekolah dan beberapa tahapan yang harus mereka lalui," dia menandaskan.
Ia berharap, pelaksanaan new normal untuk sektor pendidikan di NTT dengan menggunakan metode ini mampu memberikan kesempatan kepada para siswa untuk kembali melakukan aktivitas pembelajaran yang baik.
Â