Wisata Papandayan Mulai Bergeliat Lagi, Berendam Air Panas Jadi Incaran

Berendam air hangat di tengah-tengah pemandangan alam yang indah menjadi aktivitas wisata yang bisa dilakukan di Papandayan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 24 Agu 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2020, 06:00 WIB
Beberapa pengunjung tengah menikmati sensasi berendam di kolam renang  air hangat dan belerang TWA Papandangan, Garut, Jawa Barat.
Beberapa pengunjung tengah menikmati sensasi berendam di kolam renang air hangat dan belerang TWA Papandangan, Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Setelah hampir lima bulan tutup akibat pandemi Covid-19, pesona Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat, kembali mengundang para pelancong untuk datang. Tempat wisata ini mulai ramai dikunjungi banyak wisatawan.

Salah satu yang paling ramai adalah spot berendam di kolam renang air hangat TWA Papandayan. Berendam air panas dengan kandungan belerang dari perut bumi Papandayan, diyakini bisa menyembuhkan beragam penyakit, termasuk yang disebabkan virus.

"Kalau misalnya ada penangkal khasiat pandemik itu kan (klaim) secara pribadi masing-masing,” ujar Direktur Utama PT Astri Indah Lestari (AIL) Graha Kaban, dalam obrolan hangatnya, Jumat (21/8/2020).

Menurutnya, klaim pengunjung yang mengakui khasiat kolam air hangat TWA Papadayan terhadap ragam penyakit termasuk Covid-19, sah-sah saja selama tidak menimbulkan polemik secara luas.

"Kalau memang dia merasakan itu menjadi khasiat ya berarti kan alhamdulillah, berarti Papandayan ada berkah datang ke sini untuk menghilangkan pandemik Covid-19," ujarnya.

Menurutnya, sejak pertama kali dibuka, mandi air hangat belerang di kolam renang Papandayan memang selalu menjadi incaran pengunjung.

Selain memiliki kehangatan dan kandungan belerang yang cukup, pemandangan alam Gunung Papandayan yang indah sepanjang mata melihat, mampu membuat pengunjung betah berlama-lama di sana.

"Mantap, airnya cukup menghangatkan tubuh," ujar Ahmad, salah satu pengunjung asal Garut.

Memboyong sekitar 10 anggota keluarganya, Ahmad mengaku senang bisa kembali menikmati sensasi berlibur di Papandayan.

"Sudah jauh berubah, dulu belum tertata rapi seperti ini," ujarnya.

Graha juga mengatakan, kondisi wisata di Papandayan belum sepenuhnya pulih setelah ditutup mengikuti imbauan pembatasan sosial berskala besar terkait pendemi Covid-19

"Jika melihat (pengunjung) belum bisa kita harapkan seperti yang dulu-dulu, tapi kita bersyukur saja ada yang datang," katanya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Pesona Papandayan Tidak Memudar

Dengan menggunakan standar kesehatan, beberapa pengunjung anak-anak terlihat menggunakan masker di lokasi TWA Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Dengan menggunakan standar kesehatan, beberapa pengunjung anak-anak terlihat menggunakan masker di lokasi TWA Papandayan, Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Meskipun sempat ditutup bagi pangunjung sejak Maret lalu, namun kilau dan pesona TWA Papandayang tidak menurun di mata pengunjung, mereka tetap suka menikmati keindahan alam di Papandayan.

"Asyik saja, alamnya masih segar dan tetap terjaga,” ujar Adinda, salah satu pengunjung asal Solo, Jawa Tengah.

"Saya sendiri datang bersama empat orang dan rombongan lainnya," katanya lagi.

Hal senada disampaikan Uyun, pengunjung asal Bojonegoro, Jawa Tengah. Menurutnya, harga tiket masuk yang ditawarkan pengelola sesuai dengan fasilitas wisata yang diberikan.

"Katanya sih mahal, tapi gak juga, cukup lah, malahan menurut saja masih terbilang murah jika dibanding wisata lain," katanya.

Selain pesona alam yang sejuk nan indah dipandang mata, tingkat keamanan yang diberikan mampu memberikan rasa nyaman bagi pengunjung.

"Kendaraan aman, begitu pun yang lainnya, saya rasa wisata Papandayan cukup menyenangkan," ujar Uyun..

Uyun hanya ingin papan petunjuk ke arah trek pendakian diperbesar sehingga memudahkan wisatawan saat treking. "Tadi pagi saat naik agak kebingungan, ternyata papan penunjuknya kecil sekali," katanya.


Terapkan Standar Kesehatan

Graha Kaban dan beberapa stafnya tengah memberikan penjelasan kepada wartawan, seputar lokasi wisata TWA Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Graha Kaban dan beberapa stafnya tengah memberikan penjelasan kepada wartawan, seputar lokasi wisata TWA Papandayan, Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Graha menjelaskan, sejak pertama kali dibuka Juni lalu, lembaganya menerapkan aturan ketat bagi seluruh pengunjung yang datang untuk mematuhi prosedur protokoler kesehatan pencegahan Covid-19.

"Jadi sehat itu penting, kita imbau kepada teman pengunjung untuk bawa surat kesehatan, kalau nggak sehat, gak bawa surat kita pulangin," ujarnya.

Selain membawa surat keterangan sehat, seluruh petugas jaga di pintu masuk kawasan TWA mengecek suhu tubuh seluruh pengunjung yang datang.

"Termasuk untuk yang mau berendam juga ya semua itu kita cek, dia tidak terlepas dari namanya protokol kesehatan," ujarnya.

Dengan upaya itu, lembaganya berharap seluruh pengunjung yang datang bisa menikmati liburan yang indah dengan keadaan sehat seperti sedia kala, saat kembali ke rumahnya masing-masing.

"Pokonya tidak ada sakit apa pun yang di bawah dari kita setelah berliburan, pakai masker, cuci tangan, apa yang dianjurkan oleh protokol kesehatan ya (protokoler) kita lakukan," ujarnya.

Sejak penutupan serentak yang diintruksikan pemerintah dilaksanakan Maret lalu, ia mengakui tingkat kunjungan ke Papandayan belum kembali normal.

"Kalau pun ada kenaikan paling sekitar kurang lebih 5 persen lah dari mulut awal buka sampai sekarang, kalau normal seperti dulu belum lah, masih ada perbedaan," ujarnya.

Bahkan pada saat momen kemerdekaan Republik Indonesia, banyak agenda besar yang akhirnya batal.

"Mau bagaimana lagi, tapi ya kita bersykur masih ada saja pengunjung yang datang," ujarnya.

Saat ini mayoritas pengunjung masih didominasi domestik, sementara wisatawan mancanegara belum terlihat kembali menginjakan kakinya di kawasan wisata dengan ketinggian 2.665 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut.

"Paling banyak masih dari Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Debok, Tangerang, Bekasi)," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya