Ada Relawan Vaksin Terpapar Covid-19, Ini Penjelasan Tim Peneliti

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil menyatakan, seorang relawan di Bandung yang terkonfirmasi Covid-19 tidak berkaitan dengan vaksin yang disuntikkan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 11 Sep 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2020, 08:00 WIB
Simulasi Uji Klinis Vaksin
Tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Universitas Padjadjaran (Unpad) melaksanakan simulasi pelaksanaan uji klinis di Gedung Fakultas Kedokteran Unpad, Kota Bandung, Kamis (6/8//2020). (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Kusnandi Rusmil menyatakan, seorang relawan di Bandung yang terkonfirmasi Covid-19 tidak berkaitan dengan vaksin yang disuntikkan.

"Perlu kami sampaikan bahwa kronologis pada relawan tersebut. Setelah mendapatkan suntikan (tidak diketahui vaksin atau plasebo) pertama pada kegiatan penelitian vaksin Covid-19, bepergian ke luar kota," ujar Kusnandi melalui siaran pers, Kamis (10/9/2020).

Kusnandi menuturkan, pada kunjungan penyuntikan kedua, relawan tersebut secara klinis dinyatakan sehat dan diberikan penyuntikan kedua. Namun, keesokan harinya, relawan yang tak disebutkan identitasnya itu menjalani program tes swab dari Dinas Kesehatan (Dinkes) karena ada riwayat ke luar kota.

"Oleh petugas kemudian dilakukan pengambilan bahan dari apus hidung dan kemudian dikirimkan ke laboratorium BSL-2 milik Dinkes dengan hasil positif. Hasil yang positif tersebut harus disampaikan kepada yang bersangkutan," ujarnya

Kusnandi menyimpulkan, hasil pemeriksaan apus hidung positif bukan berasal dari tim penelitian. "Tapi hasil dari program pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah dan perlu dilanjutkan dengan pengawasan ketat," tegasnya.

Adapun terhadap orang dengan hasil apus hidung positif dilakukan isolasi mandiri dan terdapat program pemantauan secara ketat setiap harinya. "Selama sembilan hari pemantauan kondisi relawan dalam keadaan baik," ujarnya.

Kusnandi menjelaskan, dalam uji klinis ini terdapat dua kelompok. Ada yang mendapat plasebo dan ada yang mendapat vaksin. Uji klinis ini pun dilakukan dengan prinsip observer blind/tersamar, sehingga tidak diketahui mana yang dapat plasebo dan mana yang dapat vaksin.

Untuk itu, Kusnandi berujar semua relawan tetap diimbau wajib menerapkan protokol pencegahan yang sudah dianjurkan pemerintah.

"Pada yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat dua minggu pasca suntikan kedua," ujarnya.

Kusnandi juga mengingatkan agar para relawan uji klinis masih akan dipantau kesehatannya selama enam bulan pasca suntikan terakhir.

"Uji klinis ini masih panjang jalannya, agar kita bersama-sama dapat menjaga privasi dari sukarelawan," katanya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya