Liputan6.com, Kendari - Kantor Balai Desa Mata Bondu, Kabupaten Konawe Selatan, tampak sepi, Jumat (13/11/2020) siang. Hanya dua ekor anjing terlihat duduk santai di bangunan berlantai tanah yang tak terurus itu.
Lokasinya terletak di Kecamatan Laonti, salah satu wilayah terpencil di Kabupaten Konawe Selatan. Dari Kota Kendari, untuk mencapai Mata Bondu, perlu satu jam lebih perjalanan menggunakan mobil, sisanya sejam ditempuh perahu bermesin tempel.
Sebanyak 95 kepala keluarga tercatat di Desa Mata Bondu. Total keseluruhan, ada 585 jiwa menghuni wilayah itu. Pada Pilkada 2020, tercatat ada sebanyak 390 lebih warga yang memiliki hak pilih.
Advertisement
Baca Juga
Sejak desa mulai terbentuk tahun 2006, wilayah di pesisir pantai Konawe Selatan itu tak pernah tersentuh. Mata Bondu hanya tercatat administrasi sebagai desa persiapan di Pemda Kabupaten Konawe Selatan. Tidak terdaftar secara resmi seperti puluhan desa lainnya di wilayah itu.
Kepala Desa, Ahmad (46), mengungkapkan tak pernah mendapatkan gaji sejak terpilih sebagai kepala desa. Dia resmi menjabat sejak 2007, hingga tahun 2020.
"Sejak 2006, sudah puluhan kali saya pertanyakan, tapi jawaban pemerintah sama, desa kami hanya berstatus desa persiapan," ujar Ahmad.
Dia mengatakan, Calon Gubernur Sulawesi Tenggara terpilih Ali Mazi hingga Calon Bupati Konawe Selatan, Surunuddin sudah pernah mendatangi wilayah itu. Namun, saat warga mempertanyakan status desa mereka, mereka hanya mendapat janji.
"Tidak ada yang terealisasi. Tapi kami dengar dan sabar setiap kali mereka berjanji," ujarnya.
Hingga saat ini, warga Desa Mata Bondu di Konawe Selatan kerap mempertanyakan. Namun, tidak ada kepastian yang dberikan soal status desa mereka.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Tercatat di Kemendesa
Namun, desa Mata Bondu ternyata juga ada di Kecamatan Angata, Konawe Selatan. Di sana, Mata Bondu, menjadi salah satu dari 24 desa di Kecamatan Angata. Camat Angata, Asran Parenda mengatakan, Desa Matabondu cukup aktif. Dana desa juga aktif diterima. Sampai saat ini, desa itu sudah menerima dana desa sejak beberapa tahun lalu.
"Desa Mata Bondu cukup aktif. Kecamatan kami menjadi satu di antara 50 desa yang menjadi percontohan di Indonesia," ujar Asran.
Nama Desa Mata Bondu, tercatat di Kementerian Desa. Dalam situs kemendesa.go.id, Desa Mata Bondu memiliki ID 7405022020. Namun, oleh Pemkab Konawe Selatan, ditulis di wilayah Kecamatan Angata. Pada 2016, tercatat desa ini, memiliki dana desa sebesar Rp816 juta.
Data dari Pihak inspektorat Provinsi Sulawesi Tenggara, Dana Desa Untuk Desa Matabondu Kec Angata Konawe Selatan tahun 2016 sebesar Rp603.543.000, dengan realisasi 100 persen pada tahun 2016. Sedangkan, tahun 2017 dana desa yang terealisasi sebesar Rp768.277,000.
Realisasi saat dilaksanakan monitoring tahun 2017, realisasi baru semester 1 senilai Rp460.966.200. Artinya, dana desa ini terus bergulir sampai hari ini sejak ada program dana desa.Â
Â
Advertisement
Infrastruktur Hancur
Mayoritas warga di Mata Bondu di Kecamatan Laonti adalah nelayan dan petani. Ada 90 lebih pemukiman yang menempati daerah di yang berdekatan dengan Laut Banda itu.
Jika siang hari, warga kebanyakan menghabiskan waktu di kebun. Sedangkan, malam hari umumnya dipakai untuk melaut menangkap ikan.
"Kalau di sini, warga tidak peduli infrastruktur mungkin karena sudah cukup dengan apa yang ada. Tapi, kalau ada anggarannya, tolonglah berikan ke kami ini," ujar warga Mata Bondu, Aswadi.
Dia mengungkapkan, masjid di Mata Bondu sudah nyaris rubuh. Tidak ada perhatian dari pemerintah. Beruntung, ada program TMMD TNI dan donatur dari lembaga dakwah, ikut membangun masjid.
"Lampu PLN, menyala jam 17.00 Wita sampai jam 7.00 besok pagi, sepanjang siang mati," ujarnya.
Untuk hal kesehatan, sangat menyedihkan, belum ada puskesmas desa. Kata warga, sudah banyak warga yang melahirkan di perjalanan saat mencari pertolongan medis.
"Warga melahirkan di perahu, di tengah laut. Rumah sakit layak di Kota Kendari berjarak dua jam perjalanan lebih dari kampung kami," ujar Aswadi.
Hingga saat ini, infrastruktur yang dibangun berdasarkan swadaya dari masyarakat. Menurut warga, menjelang Pilkada atau hanya ada pesta kampung, desa mereka menjadi ramai dari biasanya.
"Di sini sudah pernah datang calon gubernur, calon bupati sampai calon anggota DPRD. Alhamdulillah mereka semua berhasil, tapi saat mereka sudah jadi, kasihan kami ini sampai sekarang tak ada perhatian," ujar Muhidi.