Pengamatan Gerhana Bulan Total Merah di Medan Terkendala Cuaca

Pengamatan gerhana bulan total merah atau super blood moon yang dilaksanakan di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) Kota Medan terkendala cuaca yang berawan, sehingga penampakan gerhana kurang maksimal.

oleh Reza Efendi diperbarui 27 Mei 2021, 00:20 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2021, 00:20 WIB
OIF UMSU
Pengamatan gerhana bulan total kali ini, OIF UMSU menyediakan sejumlah teleskop yang dimanfaatkan masyarakat

Liputan6.com, Medan Pengamatan gerhana bulan total merah atau super blood moon yang dilaksanakan di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) Kota Medan terkendala cuaca yang berawan, sehingga penampakan gerhana kurang maksimal.

Kepala OIF UMSU, Arwin Juli Rahmadi Butarbutar mengatakan, kondisi cuaca yang sedikit berawan mengakibatkan penampakan gerhana bulan total, yang sesungguhnya momen spesial tidak maksimal, karena sebagian tertutup awan.

"Pada fase akhir, cuaca tampak cerah, sehingga momen gerhana bisa dinikmati, bahkan dengan secara langsung tanpa bantuan teleskop," kata Arwin, Rabu (26/5/2021).

Momen gerhana bulan total merah atau super blood moon merupakan fenomena yang istimewa. Ciri yang paling mencolok dari gerhana bulan total kali ini adalah warnanya, sehingga disebut dengan super blood moon.

"Fenomena bulan darah ini disebabkan kondisi keterlihatan di bumi. Saat bulan melewati bayangan bumi, semakin sedikit sinar matahari yang jatuh ke permukaannya, dan semakin gelap," terang Arwin.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut ini:

Penyebab Warna Merah Bulan

Gerhana Bulan
Momen gerhana bulan total merah atau super blood moon merupakan fenomena yang istimewa

Disebutkan Arwin, warna merah bulan sendiri disebabkan salah satunya karena adanya atmosfer bumi. Formasi awan besar di bumi juga dapat menjelaskan perbedaan kecerahan.

"Efek awan muncul sebagai bercak gelap di seluruh permukaan bulan yang terhalang," sebutnya.

Disampaikan Arwin, berbeda dengan momen gerhana sebelumnya, kali ini OIF UMSU menggelar pengamatan gerhana bulan total secara terbatas karena situasi pandemi Covid-19.

"Pengamatan gerhana dimulai Salat Maghrib yang dilanjutkan Salat Gerhana dengan menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.

Sediakan Sejumlah Teleskop

Salat Gerhana
Salat Gerhana

Untuk pengamatan gerhana bulan total kali ini, OIF UMSU menyediakan sejumlah teleskop yang dimanfaatkan masyarakat di Gedung Pascasarjana UMSU, Jalan Denai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Kali ini jumlahnya dibatasi.

"Momen gerhana sendiri untuk kawasan Kota Medan hanya bisa dilihat sekitar 50 persen. Gerhana bulan mulai tampak setelah matahari terbenam dan berakhir sekitar pukul 19.52 WIB," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya