Obat Antivirus Covid-19 di Garut Langka dan Mahal, Ada yang Menimbun?

Hasil penelusuran di wilayah Kecamatan Balubur Limbangan, ketersediaan obat sengaja dipermainkan oknum tenaga kesehatan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 09 Jul 2021, 01:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2021, 01:00 WIB
Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan, keluhan dugaan kesulitan mendapatkan obat, mayoritas disampaikan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, sementara ketersediaan obat anti virus bagi pasien Covid-19 di rumah sakit masih aman.
Bupati Garut Rudy Gunawan menyatakan, keluhan dugaan kesulitan mendapatkan obat, mayoritas disampaikan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, sementara ketersediaan obat anti virus bagi pasien Covid-19 di rumah sakit masih aman. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Pemerintah Garut, Jawa Barat, mempersilahkan pihak kepolisian menyelidiki dugaan penyelewengan obat antivirus Covid-19 yang saat ini mulai langka dan mahal di kabupaten Garut.

"Ya sekarang sudah ditangani kepolisian oleh mabes Polri, termasuk mereka akan melakukan tindakan yang menimbun," ujar Bupati Garut Rudy Gunawan, Rabu (7/7/2021).

Menurut Rudy, keluhan dugaan kesulitan mendapatkan obat, mayoritas disampaikan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, sementara ketersediaan obat anti virus bagi pasien Covid-19 di rumah sakit masih aman. "Di Dinkes (Dinas Kesehatan) masih tersedia 50 ribu lebih," kata dia.

Untuk itu, Rudy mempersilahkan pihak aparat penegak hukum untuk menangani dugaan kelangkaan obat tersebut, termasuk menindak siapa oknum yang bermain di dalamnya. "Di mana tidak adanya, terutama obat di luar ya," kata dia.

Sebelumnya sejumlah warga yang tengah melakukan isoman di rumah, mengeluhkan sulitnya mendapatkan obat antivirus Covid-19. Yu (49) misalnya, pasien Covid-19 asal Kecamatan Tarogong Kidul tersebut dianjurkan membeli obat antivirus jenis Oseltamivir Phosphate dan Favipiravir di apotek, namun kenyataannya sulit diperoleh.

Ia mengaku baru mendapatkan obat antivirus di hari kedua, setelah mencari hampir di seluruh apotek kawasan perkotaan kabupaten Garut dengan harga Rp 150 ribu atau dua kali lipat dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang hanya Rp70 ribu per strip.

Hal senada dikeluhkan FS, 48 tahun, pasien Covid-19 warga Kecamatan Garut Kota. Ia bahkan mendapatkan kedua obat itu di hari keempat setelah dinyatakan positif terjangkit.

"Katanya obat tersebut bisa didapatkan di apotek tapi harus dengan resep dokter, namun ternyata sangat sulit mendapatkannya," kata dia.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Dugaan Penimbunan

Ketua Umum LSM Laskar Garut Mandiri (Lagam), Yudi Setia Kurniawan menduga kelangkaan obat tersebut akibat penimbunan oknum tertentu. "Hasil investigasi kami, ternyata penimbunan itu benar-benar terjadi dan ini tentu sangat kita sesalkan," kata dia.

Ia mencontohkan, hasil penelusuran di wilayah Kecamatan Balubur Limbangan, ketersediaan obat sengaja dipermainkan oknum tenaga kesehatan, dengan memborong seluruh obat antivirus.

"Begitu obat datang ke apotek, langsung diborong oleh oknum bidan sehingga ketika ada masyarakat yang mau membelinya, persediaannya di apotek sudah habis," kata dia.

Untuk itu, Yudi meminta aparat penegak hukum segera turun tangan melakukan penindakan, terhadap adanya dugaan penimbunan obat antivirus tersebut. "Perbuatan seperti ini tak boleh dibiarkan terus terjadi karena dampaknya sangat fatal apalagi menyangkut kesehatan dan keselamatan nyawa banyak orang," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya