Jembatan di PEM Akamigas dan PPSDM Migas Disebut Jadi Biang Kerok Banjir Cepu

Jembatan di wilayah PEM Akamigas dan PPSDM Migas Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang sering tersumbat saat hujan turun.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 02 Des 2021, 02:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2021, 02:00 WIB
Pihak PEM Akamigas Cepu yang diwakili oleh Prasudjyana Gamarlap Seputra dan Diana Aristyahadi saat memberikan penjelasannya ke awak media. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Pihak PEM Akamigas Cepu yang diwakili oleh Prasudjyana Gamarlap Seputra dan Diana Aristyahadi saat memberikan penjelasannya ke awak media. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Jembatan di wilayah PEM Akamigas dan PPSDM Migas Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sering tersumbat saat hujan turun. Ditengarai, jembatan tersebut menjadi salah satu biang kerok penyebab banjir di Cepu.

Pihak PEM Akamigas Cepu yang diwakili oleh Prasudjyana Gamarlap Seputra dan Diana Aristyahadi membenarkan adanya sumbatan di jembatan tersebut. Namun begitu, dirinya mengklaim bangunan tersebut bukanlah penyebabnya.

"Kemarin memang ada kayu sampai kasur, tapi bukan penyebab itu, dari dulu ya gitu. Kebetulan memang pas banyak sampah disitu," ujar Prasudjyana Gamarlap Seputra ketika ditemui Liputan6.com di kantornya, ditulis Rabu (1/12/2021).

Koordinator Umum dan Keuangan PEM Akamigas Cepu ini mengatakan, jika jembatan tersebut diindentifikasi salah satu biang kerok penyebab banjir di lingkungan Cepu, maka langkahnya perlu dimusyawarahkan bersama-sama terlebih dahulu.

"Kalau kami tidak bisa memutuskan menjadi penyebab. Lha sekarang kayak jalan air kebunton (tersumbat) kasur terus pripun (bagaimana)," katanya.

Diana Aristyahadi menambahkan, keberadaan jembatan tersebut tidak bisa disebut milik PEM Akamigas atau milik PPSDM Migas Cepu. Hanya saja bangunan tersebut memang menghubungkan keduanya.

"Jembatan itu kan sebetulnya di belakang masing-masing tembok, kalau lewat situ bisa ke PPSDM Migas, jadi itu nggak bisa dibilang milik PEM Akamigas. Memang jembatan itu ada di antara kami," ucap Riris sapaan Diana Aristyhadi.

Sementara itu, pihak PPSDM Migas Cepu yang diwakili oleh Luita Yusniawati Dratistiana menjelaskan bahwa terkait keberadaan jembatan tersebut sudah dikoordinasikan dengan Pemkab Blora.

Menurutnya, banjir yang kerap muncul karena ada kemungkinan air dari jalan tidak masuk ke dalam selokan di sisi jalan. Disinggung apakah nantinya jembatan tersebut akan dibongkar atau diubah ataupun dibiarkan, pihaknya belum jelas dalam memberikan jawabannya.

"Sekarang sudah dibahas dengan pemda bersama stakeholder, tetapi bukan mengenai jembatan karena terkait jembatan tersebut sudah clear waktu banjir tahun kemarin dengan pemda," ungkap Luita sapaan Humas PPSDM Migas Cepu itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Biang Kerok Banjir

Penampakan jembatan wilayah Migas yang kerap tersumbat hingga jadi salah satu biang kerok terjadinya banjir di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)
Penampakan jembatan wilayah Migas yang kerap tersumbat hingga jadi salah satu biang kerok terjadinya banjir di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Sebelumnya, Ketua TRC BPBD Blora, Agung Tri menyampaikan, sejumlah wilayah Cepu yang kerap kebanjiran dadakan antara lain, yakni Kelurahan Cepu, Balun, Ngelo, Karangboyo, Tambakromo, Ngroto serta Desa Mulyorejo. Beruntungnya banjir di wilayah itu cepat surut.

"Penyebabnya karena drainase yang tidak baik, kemudian aliran sungai yang tidak kuat untuk menampung air, dan karena jembatan yang melintang di wilayah PEM Akamigas dan PPSDM Migas yang sering adanya sumbatan-sumbatan," kata Agung sapaan Agung Tri.

Ia menyebutkan, adanya sejumlah wilayah di Kelurahan Cepu pada musim penghujan ini kembali terjadi kebanjiran pada Sabtu sore, (27/11/2021). Banjir luapan tersebut menggenang hingga malam hari dengan ketinggian air yang berbeda-beda.

"Air mulai datang sekitar jam 15.45 WIB dan sudah mulai surut sekitar jam 19.00 WIB," kata Agung.

Menurutnya, untuk wilayah terdampak banjir luapan, di wilayah kelurahan cepu ada sekitar 85 rumah terendam dengan ketinggian air sekitar 30-50 cm. Kemudian Kelurahan Karangboyo dan Kelurahan Ngelo, ada 2 RT dan 2 RW dengan ketinggian air sekitar 30-40 cm.

Lalu, di Kelurahan Balun tepatnya di RW 11 ada sekitar 9 rumah yang terendam dengan ketinggian air sekitar 30-40 cm. Pasca-banjir dadakan sudah mulai surut, warga terlihat berjibaku membersihkan lingkungan masing-masing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya