Status Gunung Semeru Naik Jadi Siaga, Ini yang Harus Diperhatikan Masyarakat

Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan, status Gunung Semeru naik dari level II atau waspada menjadi level III atau siaga.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 17 Des 2021, 08:30 WIB
Diterbitkan 17 Des 2021, 08:23 WIB
Gunung Semeru Pasca Erupsi
Gunung Semeru mengeluarkan lahar panas yang terlihat dari desa Curah Kobokan di Lumajang, Jawa Timur, Rabu (8/12/2021). Rabu pagi cuaca sekitar gunung Semeru terlihat cerah. Badan gunung juga tidak terhalang kabut dan bisa terpantau dengan jelas. (ADEK BERRY / AFP)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, status Gunung Semeru naik dari level II atau waspada menjadi level III atau siaga. Hal itu diketahui berdasarkan surat bernomor 484/GL.5/BGL/2021, per Kamis (16/12/2021).

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, pihaknya menaikkan status level Gunung Semeru berdasarkan peningkatan aktivitas vulkanik gunung yang berada di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tersebut.

"Mengingat kegiatan Gunung Api Semeru masih tinggi dan telah terjadi peningkatan jarak luncur awan panas guguran serta aliran lava, maka Badan Geologi menyatakan tingkat aktivitas Gunung Api Semeru dinaikan dari level waspada (level II) menjadi siaga (level III) terhitung mulai tanggal 16 Desember 2021 pukul 23:00 WIB," kata Eko, Jumat (17/12/2021).

Eko menerangkan, pada Kamis (16/12/2021) kemarin, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.01 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 912 detik. 

Berikutnya, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09.30 WIB. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik, tetapi secara visual tidak teramati karena Gunung Semeru tertutup kabut.

Kemudian, terjadi luncuran awan panas pada pukul 15.42 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.

"Kegempaan didominasi oleh gempa letusan, embusan, dan guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak tanggal 1 Desember 2021," ujar Eko.

Tak hanya itu, Eko menyebutkan gempa vulkanik dalam dan tremor harmonik terjadi dalam jumlah yang tidak signifikan. Adapun aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi disebabkan adanya endapan aliran lava atau lidah lava dengan panjang aliran kurang lebih 2 km dari pusat erupsi.

"Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran," ucapnya.

Selain berpotensi terjadi awan panas, potensi terjadinya aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan yang cukup tinggi di Gunung Api Semeru. Didukung data dari BMKG diperkirakan musim hujan masih akan berlangsung selama tiga bulan ke depan.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Hal yang Harus Diperhatikan Masyarakat

Dusun Kamar Kajang Tertimbun Material Gunung Semeru
Air di jalan mengalir melewati rumah-rumah yang rusak di Dusun Kamar Kajang, Lumajang, Kamis (9/12/2021). Puluhan rumah terendam luapan air sungai bercampur material lahar dingin erupsi Gunung Semeru akibat diguyur hujan deras pada Selasa (7/12) dan Rabu (8/12) malam. (Juni Kriswanto/AFP)

Sehubungan tingkat aktivitas Gunung Semeru saat ini masih berada di level III, diimbau kepada masyarakat, pengunjung, dan wisatawan sebagai berikut.

1. Mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

2. Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

3. Tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

4. Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya