Baru Beroperasi, Atraksi Wisata 'Ngopi In The Sky' Gunungkidul Disetop, Ada Apa?

Baru beroperasi, Pemda DIY menghentikan atraksi wisata kekinian 'Ngopi In The Sky' di Teras Kaca, Gunungkidul. Ada apa?

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jan 2022, 07:32 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2022, 07:32 WIB
Ngopi In The Sky
Menikmati Kopi di atas ketinggian 30 meter, bahkan di atas laut merupakan sensasi yang berbeda. Hal ini yang membuat Teras Kaca ingin sekali memanjakan para pengunjung dengan panorama laut dengan nuansa yang berbeda.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemda DIY menghentikan atraksi wisata kekinian Ngopi In The Sky di Teras Kaca di Pantai Nguluran, Girikarto, Gunungkidul, yang menggunakan mobile crane dalam pengoperasiannya. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji, Kamis (7/1/2022) mengatakan, meski ide dan kreativitas pengelola sangat bagus namun aspek keselamatan menjadi poin utama yang harus dipatuhi.

"Keselamatan dan kenyamanan wisatawan harus kita jamin supaya kita tetap bisa dipercaya sebagai penyelenggara destinasi wisata yang nyaman dan aman," katanya.

Aji menuturkan dari hasil pemeriksaan, diketahui mobile crane yang digunakan pengelola adalah alat yang disewa dari luar kota. Menurutnya, perlu dilakukan pengecekan, termasuk asal-usul dan guna operasionalnya apakah masih berlaku atau tidak.

"Informasi yang kami terima, penggunaan crane itu belum ada izin, penggunaannya tidak sesuai dengan spesifikasi barang itu tentu ini juga harus ada yang menjamin keselamatannya," katanya.

Penghentian operasional alat itu, menurut dia, merupakan salah satu upaya Pemda DIY menjamin keamanan para wisatawan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Lokasi Dinilai Tidak Tepat

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Rahajo mengatakan selain penggunaan alat yang tidak tepat, lokasi wahana yang berada di bibir pantai juga sangat riskan bagi keselamatan wisatawan.

Menurut dia, posisi di tepi pantai mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi akibat angin laut yang membawa kadar garam yang tinggi.

Aspek kepemilikan sertifikat CHSE pelaku wisata itu, kata dia, sangat penting untuk dikantongi lebih dahulu.

"SDM yang mengoperasionalkan harus bersertifikat juga punya lisensi khusus, dan ini semua harus dipenuhi kalau tidak ya sebaiknya dihentikan, karena kalau terjadi kecelakaan akan menimbulkan 'multiplayer effect' yang luar biasa," ujar Singgih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya