UGM dan PT Kimia Farma Jalin Kerja Sama Riset Pengembangan Farmasi

Sebagai kampus ternama maka harus memiliki daya sebar kemanfaatan kepada masyarakat. Salah satu alasan UGM dan PT Kimia Farma menjalin kerja sama.

oleh Yanuar H diperbarui 25 Jan 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2022, 00:00 WIB
FOTO: Kimia Farma Produksi Obat COVID-19
Aktivitas pekerja di pabrik produksi obat Kimia Farma di Banjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/7/2021). Menurut Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Kimia Farma telah memproduksi obat COVID-19 Favipiravir berkapasitas produksi 2 juta tablet per hari. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Yogyakarta - PT. Kimia Farma  dan Universitas Gadjah Mada (UGM) menjalin kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta pengembangan sumber daya manusia. Dirut PT. Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan kerja sama dengan pendidikan dan penelitian dengan UGM dalam rangka mendorong pendidikan dan kesehatan di tanah air semakin maju dan berkembang. 

 “Pendidikan dan kesehatan menjadi kunci bagi kemajuan suatu negara. Melalui kerja sama ini kita mendorong banyak terobosan riset yang dihasilkan dan lulusan UGM pun semakin berkualitas,” katanya di University Club UGM, Jumat (21/1/2022).

Kimia Farma sebagai perusahaan holding BUMN di bidang farmasi membuka kesempatan bagi dosen dan mahasiswa untuk ambil bagian dalam pengembangan riset di industri farmasi. Harapannya dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dalam memajukan pendidikan dan pengembangan SDM masing-masing terutama di bidang obat-obatan, kesehatan dan pengembangan industri farmasi di Indonesia.

“Kita membuka kegiatan praktik untuk karya ilmiah mahasiswa, rekrutmen dan pelatihan SDM serta bentuk kolaborasi dan sinergi lainnya,” paparnya. 

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM  Djagal Wiseso Marseno mengatakan dengan kerja sama semakin mendorong pengembangan bahan baku obat di tanah air yang selama ini sangat tergantung dari bahan baku impor. 

“Indonesia sekarang ini defisit dalam pengembahan bahan baku obat. Namun secara bertahap dibantu industri dalam negeri serta sumber daya yang kita miliki dengan kekayaan biodiversitas seharusnya bisa menjadi potensi dan aset kita,”ujarnya.

Selain itu diharapkan makin memperkuat ekosistem riset bidang farmasi. Maka akan banyak produk riset dan inovasi dosen dan peneliti yang di hilirisasi ke industri untuk dimanfaatkan masyarakat luas. 

“Sangat penting bagi kami sebagai dosen mengubah suatu penelitian menjadi capital. Kita tahu ada gap antara riset, inovasi dengan aplikasi. Kerja sama ini semacam ini mampu menjembatani gap tersebut,” jelasnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya