Mitos Ilmu Hitam Luntur Saat Melintasi Plengkung Gading Yogyakarta

Plengkung Gading adalah salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Mar 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2022, 00:00 WIB
Tugu Yogyakarta
Tugu Pal Putih, salah satu ikon Yogyakarta. Foto: (Yanuar H/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Plengkung Gading adalah salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta. Plengkung atau gapura pintu merupakan satu bagian dari Keraton Yogyakarta.

Dikutip dari berbagai sumber, pada zaman dahulu plengkung merupakan gerbang utama sebelum memasuki wilayah keraton. Keraton Yogyakarta memiliki lima gerbang utama, yakni Plengkung Taruno siro di sisi Utara, Plengkung Madyasuro di sisi Timur, Plengkung Jagabaya di sisi Barat Daya, Plengkung Jaga Suro di sisi Barat, dan plengkung Nirbaya atau Gading terletak di sisi Selatan.

Plengkung Gading atau Nirbaya bermakna bebas dari bahaya duniawi. Selain sebagai situs bersejarah, plengkung ini juga memiliki sederet mitos yang beredar di masyarakat.

Mitos paling terkenal adalah raja yang masih bertahta tidak boleh melewati Plengkung Gading. Sejak masa pemerintahan Sultan HB I, Plengkung Gading tidak boleh dilewati oleh sultan yang masih hidup.

Plengkung yang terletak di sisi selatan Keraton Yogyakarta ini, menjadi satu-satunya pintu keluar raja yang sudah wafat, yang hendak dimakamkan di Imogiri. Raja hanya boleh melewati 4 plengkung lainnya saat hendak pergi maupun menuju Keraton Yogyakarta.

Akan tetapi mitos ini berlaku sebaliknya bagi orang awam alias masyarakat umum. Justru saat ada masyarakat biasa yang meninggal, mereka tidak boleh melewati Plengkung Gading.

Selain raja yang masih bertahta tidak boleh melewati plengkung ini, ada kepercayaan mereka yang memiliki ilmu hitam dan melewati Plengkung Gading akan hilang atau luntur ilmunya.

Terlepas dari mitos-mitos yang mengikuti, Plengkung Gading menjadi situs bersejarah yang kaya akan makna. Pada bagian atas, terdapat ukiran burung yang sedang menghisap sari dari bunga, atau yang dalam bahasa Jawa disebut Lajering Sekar Sinesep Peksi.

Ukiran ini pun memiliki makna kapan Plengkung Gading didirikan. Lajering bermakna satu, sekar bermakna sembilan, sinesep bermakna enam, dan peksi bermakna satu. Dari sini bisa diketahui Plengkung Gading didirikan tahun 1961.

Plengkung Gading menjadi satu-satunya plengkung yang memiliki akses untuk menuju ke bagian atas plengkung. Tangga di sisi utara bisa dimanfaatkan wisatawan untuk melihat Kota Yogyakarta. Dulunya, bagian atas Plengkung Gading digunakan sebagai benteng penjagaan.

Penulis: Tifani

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya