Liputan6.com, Blora - Masih ingat bocah disabilitas bernama Alenda Primavea Dewi yang sempat menuliskan pesan menyentuh dalam secarik kertas kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo? Bocah yang tinggal di Kabupaten Blora itu mengalami kelumpuhan sejak lahir.
Kisahnya setelah menuliskan pesan tersebut dua tahunan lalu, kemudian viral dan mengundang perhatian banyak pihak hingga sempat mendapatkan pengobatan gratis dari pemerintah. Lantas, bagaimana kabar terbaru bocah yang akrab disapa Vea itu?
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah kesempatan acara reuni alumni SMP Kota Blora tahun 1967-1967 yang digelar di Blora pada Sabtu malam Minggu (16/7/2022), sekilas tentang kecerdasan yang dimiliki bocah disabilitas berusia 13 tahun itu kembali mengemuka dan menjadi bahasan.
"Saya hanya melihat, ada anak berpotensi (cerdas) walaupun difabel. Perlu saya sampaikan supaya bisa terketuk dan bisa menyelamatkan mereka (Vea dan keluarganya)," ungkap Singgih Hartono kepada Liputan6.com, seusai acara tersebut.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Vea Bocah Disabilitas yang Cerdas
Salah satu tokoh masyarakat Blora ini memandang bahwa kecerdasan yang dimiliki Vea nantinya bisa dipergunakan untuk beredukasi kepada anak-anak disabilitas lain.
"Owh ini lho bisa berhasil, karena saya tahu anak itu cerdas," ucap Singgih, sapaan akrab Singgih Hartono.
Rumah kontrakan keluarga Vea yang berada di Kelurahan Bangkle RT 03 RW 01, Kecamatan Blora Kota sudah pernah dikunjunginya. Tak hanya itu, Singgih juga mengaku pernah menjenguk Vea di rumah sakit.
"Sudah, saya sudah dolan ke rumahnya dan di rumah sakit juga tak tiliki (dijenguk), saya sambangi terus dan saya kawal," katanya, yang juga mengucapkan rasa puji syukurnya atas perhatian sejumlah pihak yang turut membantu kebutuhan keluarga Vea.
Disinggung apakah sejauh ini Singgih sendiri sudah pernah komunikasi dengan dinas sosial membahas pengobatan Vea, menurutnya hal tersebut sudah dilakukannya dan mendapatkan jawaban yang tidak sesuai harapan.
"Karena si orang tua (keluarga Vea) itu sudah buat pernyataan. Kalau sudah kembali, tidak bisa kembali lagi karena sudah pernah pulang paksa," kata Singgih.
"Saya tapi berpendapat, ini kemanusiaan. Kalau misalkan rumah sakit tidak mau, saya akan matur (bilang) kepada gubernur. Karena saya janji, akan saya kawal," dia menambakan.
Advertisement
Jenguk Vea Usai Ditelepon Gubernur Ganjar Pranowo
Sebelumnya, sejumlah platfrom media nasional hingga lokal juga mengulas tentang cerita hidup Vea hingga kabarnya mengundang perhatian banyak pihak. Kala itu, usia Vea masih 11 tahun.
Gubernur Ganjar Pranowo sendiri seusai mendapatkan pesan menyentuh dari Vea, kemudian sempat meminta tolong Liputan6.com supaya bisa berkomunikasi langsung dengan bocah disabilitas tersebut melalui telepon selular.
Beberapa hari kemudian, rumah kontrakan Vea dan keluarganya didatangi tim psikoterapi dari Kementerian Sosial RI, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik Prof Dr Soeharso Surakarta.
Banyak pejabat daerah juga berbondong-bondong turut menjadi saksi dan menjenguk Vea. Termasuk Arief Rohman yang saat itu masih menjabat sebagai Wakil Bupati Blora.
Terkait kesembuhan Vea, Pemkab Blora berkomitmen akan mengawal bocah tersebut jika direkomendasikan kesembuhannya melalui operasi.
"Kita berharap ini nanti dikasih terapi dan dibantu alatnya. Kalau nanti rekomendasinya harus operasi, maka kita akan kawal untuk bisa operasi," kata Gus Arief, sapaan Arief Rohman.
Menurut Gus Arief, proses pengobatan untuk Vea rencananya dilakukan konsisten. Soal kondisi Vea baru ditindaklanjuti setelah viral, dia bilang, respons dilakukan setelah dikasih informasi media.
"Fungsinya media kan kasih informasi dan lain sebagainya ke kita, tentunya kita respons," katanya.
Disinggung lebih lanjut soal sejumlah sekolah yang pernah menolak secara halus pada 2019 lalu, Gus Arief mengatakan, akan dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum teguran dan sanksi diberikan.
"Akan di komunikasikan dulu, dinsos sudah komunikasi dengan dinas pendidikan terkait itu," katanya.