Liputan6.com, Blora - Alenda Primavea Dewi atau yang akrab disapa Vea mengalami cacat kaki sejak lahir. Meski begitu dirinya punya semangat mendalam untuk tetap bisa bersekolah seperti anak-anak lain seusianya.Â
Bocah berusia 11 tahun asal Blora itu kini hanya bisa berharap, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mau mendengar curahan hatinya melalui pesan singkat yang dibuatnya.Â
"Pak Ganjar saya ingin kaki saya sembuh. Saya ingin sekolah," tulisnya dalam secarik kertas, Jumat (7/8/2020).
Advertisement
Ditemui di rumah kontrakannya di Kelurahan Bangkle RT 03 RW 01, Kecamatan Blora kota, Vea hanya bisa duduk di ruang tamu. Namun demikian dia bisa diajak berkomunikasi seperti anak seusianya.
Baca Juga
"Saya bisa menulis, bisa membaca dan juga berhitung," ujar Vea lulusan pendidikan TK Pertiwi itu.
Dia sudah satu tahunan ini tidak bersekolah. Tahun 2019 lalu, beberapa sekolah dasar terdekat dengan tempat tinggalnya tidak menerimanya kakinya tidak bisa jalan.
Vea terlahir dari orangtua bernama Gimin dan Adin Puji Utami. Ayahnya diketahui berprofesi seorang buruh bangunan, sedangkan ibunya berprofesi ibu rumah tangga yang merawatnya sehari-hari serta merawat dua kakaknya.
Adin, sang ibu mengaku trauma hendak menyekolahkan Vea tahun ini. Sebab tahun lalu dia pontang-panting mencari sekolahan untuk Vea namun semua ditolak.
"Ditolak semua Mas, dulu disarankan untuk menyekolahkan ke SLB yang tempatnya jauh dari sini (Bangkle). Anak saya kan normal pemikirannya seperti anak pada umumnya, bisa baca tulis. Tapi hanya tidak bisa jalan," katanya.
Disinggung terkait yang ditulis Vea kepada Ganjar Pranowo, ibunya mengaku agar pimpinan Jawa Tengah bisa mengetahui kondisi anaknya tersebut. Dia tidak berharap apapun terkecuali kesembuhan kaki anaknya agar bisa menjalani kehidupan seperti anak seusianya.
Selama 11 tahun Vea hidup, bantuan pemerintah untuk bocah ini diketahui sebatas memberikan kursi roda. Untuk pengobatan, belum sekali pun pemerintah daerah turun tangan.
Ibunya percaya bahwa kondisi Vea bisa disembuhkan jika ada kepedulian pihak pemerintah. Dirinya pernah disarankan oleh bidan agar ke terapi disabilitas demi kesembuhan kaki anaknya. Saran tersebut hingga sekarang belum bisa dilakukan karena takut biayanya mahal.
"Kalau sebatas dibawa ke tukang pijet (urut) sudah, tapi kalau dibawa ke terapi belum pernah. Belum ada biayanya," katanya.Â