Elephant Day, Gajah Sumatra Nasibmu Kini

Tanggal 12 Agustus diperingati sebagai hari gajah internasional untuk mengingat gajah sebagai satwa yang dilindungi oleh negara.

oleh M Syukur diperbarui 13 Agu 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2022, 00:00 WIB
Gajah hamil tua yang ditemukan mati di Kabupaten Bengkalis.
Gajah hamil tua yang ditemukan mati di Kabupaten Bengkalis. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Pada 12 Agustus diperingati sebagai Hari Gajah Internasional. Peringatannya selalu dilakukan oleh organisasi pecinta satwa hingga instansi konservasi pemerintah seperti Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.

BBKSDA Riau melalui unggahan di media sosial berharap peringatan ini sebagai alarm untuk semakin peduli terhadap satwa yang dilindungi negara tersebut.

"Termasuk meningkatkan semangat dalam melindungi dan melestarikan gajah-gajah sumatra, khususnya yang ada di hutan Indonesia," demikian kalimat unggahan itu pada 12 Agustus 2022 malam.

Bumi Lancang Kuning termasuk daerah di Indonesia, bahkan di dunia, sebagai kantong gajah terbanyak. Gajah-gajah liar masih bisa terlihat di Kabupaten Bengkalis, Kampar, Pelalawan, dan Indragiri Hulu.

Pada zaman dahulu, terutama masyarakat adat, gajah punya sebutan sebagai Datuk Besar. Kehadiran gajah selalu dinantikan seperti cerita kawanan gajah di Candi Muara Takus.

Dulunya, gajah dan manusia hidup 'berdampingan'. Saling menghormati dan tidak melukai karena keberadaan gajah sebagai bagian dari ekosistem.

Seiring perkembangan zaman dan industrialisasi hutan menjadi perkebunan hingga hutan tanaman oleh perusahaan, kehadiran gajah justru dianggap sebagai 'hama'.

Tak jarang gajah menjadi korban, mulai dijerat dan diracun, karena dianggap sebagai penggangu.

 

 

Penyusutan Hutan

Di sisi lain, eksploitasi hutan oleh sekelompok orang non-korporasi (perambah), juga membuat posisi gajah kian tersudut.

Gajah dalam perkembangannya melihat jalur perlintasan yang dulunya hutan, sudah berdiri pondok dan kebun sawit, kelapa, hingga karet.

Keadaan ini membuat konflik gajah dengan manusia tidak dapat dihindarkan. Setiap tahun, bulan, hingga hari, selalu saja ada kabar gajah masuk kebun. Petugas selalu turun bersama masyarakat untuk menggiring gajah keluar dari kebun.

Setelah diusir, gajah biasanya kembali lagi. Hal ini wajar karena gajah jarang mengubah perlintasan. Apa yang dilaluinya dahulu akan ditelusuri lagi tanpa peduli itu sudah menjadi kebun atau pemukiman.

Dalam setiap konflik selalu ada korban. Tak jarang ada kabar pondok pekebun yang diamuk gajah. Ada juga orang yang menjadi korban karena diinjak gajah hingga meninggal.

Gajah juga tak luput menjadi korban. Setiap tahun selalu ada berita menyedihkan, di mana ada gajah yang ditemukan tewas.

Dalam tahun ini, gajah tewas terjadi di kilometer 48 Koto Pait Beringin, Dusun Pematang Gonting, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis. Mulutnya mengeluarkan darah diduga keracunan.

Gajah Mati

Peristiwa ini menjadi ironi. Pasalnya, dalam rahim gajah betina itu ada bayi yang siap lahir. Namun, sang janin mengikuti jejak induknya yang tergeletak di jalanan.

Hingga kini, misteri kematian gajah betina itu belum terungkap oleh tim gabungan. Bahkan, petugas masih merahasiakan hasil bedah bangkai gajah tersebut.

Diduga kuat gajah itu mati diracun karena di dalam perut gajah ditemukan buah nanas. Padahal, di sekitar lokasi tidak ada kebun nanas.

Konflik gajah dan manusia di Riau diperkirakan terus berlangsung pada bulan-bulan dan tahun berikutnya. Faktornya sudah pasti, hutan tempat gajah tinggal semakin sempit.

Dalam sisa hutan yang ada, gajah sebagai mahluk hidup akan berkembang. Sementara, hutan terus menyusut karena pembukaan tak terkontrol oleh pemerintah.

Di sisi lain, gajah juga menjadi buruan oleh sekelompok orang yang ingin mendapatkan gadingnya. Untung saja di Riau dalam setahun belakangan tidak ada gajah mati dan gadingnya sudah hilang.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya