Kejar Indonesia Emas 2045, Peneliti Muda RI 'Berguru' dengan 29 Ilmuwan Internasional

Sebanyak 29 ilmuwan internasional dari berbagai bidang studi dan kepakaran akan mementori peneliti Indonesia dalam rangka menuju Indonesia Emas tahun 2045.

oleh Yanuar H diperbarui 18 Agu 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2022, 20:00 WIB
Melihat Satelit Nano Buatan Ilmuwan Muda Indonesia
Ilmuwan muda Tim Surya Satellite-1 Muhammad Zulfa Dhiyaulhaq (kiri), Setra Yoman Prahyang (tengah), dan Suhandinata (kanan) menjelaskan prinsip kerja satelit nano atau cubesat buatannya sebelum peluncurannya, di Jakarta, Selasa (21/6/12022). (Liputan6.com/Angga yuniar)

Liputan6.com, Yogyakarta Selama sembilan bulan ke depan program mentoring Science Leadership Collaborative diselenggarakan oleh The Conversation Indonesia. Kegiatan ini mendukung peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains kelas dunia di masa yang akan datang, termasuk untuk Indonesia Emas 2045.

Ada 29 ilmuwan internasional yang berasal dari Amerika Serikat, Inggris, Skotlandia, Australia, Jerman dan terdapat ilmuwan Indonesia yaitu Guru Besar UGM Agus Pramusinto didaulat menjadi mentoring. 

"Bagi saya, hal ini sebagai ajang sharing pengalaman dan juga wahana belajar dari ilmuwan lain," ujarnya, Senin 15 Agustus 2022.

Agus Pramusinto merupakan dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM dengan riset-risetnya banyak berkontribusi di bidang desentralisasi, pemerintahan lokal, serta reformasi dan inovasi sektor publik di Indonesia.

Agus Pramusinto mengaku senang diberikan kesempatan untuk menjadi mentor bersama ilmuwan internasional lainnya dan berbagi pengalaman, memotivasi peneliti muda Indonesia agar bisa berkiprah di tingkat global. 

"Mudah-mudahan pengalaman saya yang sedikit sebagai peneliti di bidang administrasi publik di Fisipol Universitas Gadjah Mada, sebagai praktisi di bidang sumber daya manusia birokrasi di Komisi Aparatur Sipil Negara dan sebagai ketua Indonesian Association for Public Administration, bisa saya bagikan buat ilmuwan muda yang lain," kata ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan Ketua Asosiasi Ilmu Administrasi Negara/Publik Indonesia ini. 

Menurutnya, peneliti muda Indonesia, harus memiliki semangat dan konsistensi dalam bidang ilmu yang mereka geluti. Namun, yang terpenting adalah tidak mudah berputus asa dalam memublikasikan tulisan hasil riset mereka masing-masing di berbagai jurnal internasional. 

"Dalam dunia penulisan, kita harus tahan banting ketika tulisan kita dikembalikan untuk diperbaiki. Masih banyak peneliti kita yang merasa bahwa sekali menulis harus langsung publikasi. Ketika diminta memperbaikinya, banyak yang menyerah dan tidak mau melanjutkan untuk memperbaiki dan memublikasikan," ungkapnya. 

Meski demikian, peneliti muda Indonesia, menurutnya, perlu menekankan pentingnya kolaborasi dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. 

"Riset multidisiplin sangat diperlukan dan harus didorong terus-menerus. Karya publikasi harus diikuti dengan perubahan sistem penilaian yang tidak hanya menekankan linearitas seperti sekarang ini," jelasnya. 

The Conversation Indonesia selaku penyelenggara menyampaikan bahwa mentoring memiliki peran penting dalam mendorong perkembangan personal dan profesional para peserta menjadi ilmuwan Indonesia

"Sesuai dengan temuan studi pendahuluan kami, mentoring merupakan aspek penting bagi perkembangan peneliti agar dapat menjadi pemimpin di masa depan," ujar Fito Rahdianto, Program Manager Science Leadership Collaborative.

Studi pendahuluan yang dipimpin oleh Dr Mizan Bisri, Assistant Professor di Kobe University, Jepang, terhadap lebih dari 150 peneliti muda Indonesia ini juga menemukan bahwa peneliti Indonesia masih kesulitan mengakses mentoring. Selain berbagi pengetahuan dan pengalaman, mentoring ini juga diharapkan dapat membantu para peserta memperluas jaringannya agar bisa menginisiasi riset-riset kolaboratif internasional di masa yang akan datang. 

Science Leadership Collaborative adalah program yang dirancang oleh The Conversation Indonesia untuk mengembangkan peneliti Indonesia menjadi pemimpin sains di masa depan. Program ini didanai oleh The David & Lucile Packard Foundation, dirancang secara kolaboratif bersama CARI!, Common Thread, Fraendi, dan RQ Genesis, dan didukung oleh Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4), Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), dan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS).

 

 Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya