Liputan6.com, Yogyakarta - Saat bencana gempa bumi Lombok pada 2018 lalu, sebagian besar rumah modern hancur, tetapi rumah adat Bale Bayan tetap kokoh berdiri. Hal ini menarik perhatian mahasiswa UGM untuk meneliti rumah adat Sasak Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat sebagai rumah yang tahan gempa.
"Kami ingin menguak fakta-fakta ilmiah dari kearifan lokal Bale Bayan sebagai upaya peneguhan eksistensi kearifan lokal ini di tengah modernisasi pembangunan," ujar Adji Saiddinullah dari Fakultas Geografi selaku ketua tim peneliti, Jumat 2 September 2022.
Adji Saiddinullah mengatakan selain mengkaji tingkat kekokohannya, timnya juga melakukan kajian soal kearifan lokal yang tumbuh pada masyarakat adat tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, kearifan lokal Bale Bayan memilki peran penting dalam pengurangan risiko bencana gempa bumi.Â
Advertisement
Baca Juga
"Rumah adat Bale Bayan mengandung nilai-nilai mitigasi bencana struktural dan non-struktural. Mitigasi bencana non-struktural terwujud dalam empat dimensi meliputi nilai, pengetahuan, pengambilan keputusan, dan solidaritas kelompok yang terbentuk pada kehidupan masyarakat adat Sasak Bayan," katanya.Â
Rumah adat Bale Bayan mengandung nilai-nilai filosofis yang berangkat dari pengalaman historis antar generasi. Salah satunya ialah masyarakat adat meyakini keberadaan Tuhan dalam struktur bangunan rumah di mana terdapat 6 tiang penyangga inan bale yang merepresentasikan rukun iman, 5 tiang penyangga di tiap sisi luar rumah yang merepresentasikan rukun Islam, dan satu tiang yang menjulang tinggi di bagian inan bale yang menunjukkan bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.Â
"Dianalisis sehingga diperoleh hasil bahwa struktur penyusun Bale Bayan aman terhadap gempa," katanya.
Di tengah masifnya pembangunan rumah modern di kawasan perkampungan Sasak Bayan, nilai kearifan lokal rumah adat Bale Bayan dapat menjadi acuan model pembangunan rumah tahan gempa di Lombok Utara. Harapannya melalui riset ini dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan dengan memperhatikan kearifan lokal sebagai langkah efektif pengurangan risiko bencana gempa bumi.Â
"Kajian ini sangat potensial menjadi rujukan penyusunan kebijakan pembangunan berbasis kearifan lokal di Indonesia," katanya.
Selain Adji, tim peneliti terdiri atas Herkin Yossyafaat (Hukum 2020), Ubaidillah Hanif (Fisipol 2020), dan Rhiza Perdana Aldeansyah (Sekolah Vokasi 2020).
Â
Simak video pilihan berikut ini: