Liputan6.com, Balikpapan - Pulau Kalimantan menyimpan keindahan flora dunia yang terdapat di bentangan alamnya yang hijau. Pulau ini juga biasa dijuluki Borneo.
Sebenarnya, Pulau Borneo terletak di tiga wilayah negara, yaitu wilayah Negara Republik Indonesia (Kalimantan), wilayah Negara Malaysia (Serawak, Sabah) dan wilayah Kesultanan Brunai Darusalam. Pulau Borneo termasuk dalam Kepulauan Sunda yang merupakan sebutan untuk gugusan pulau-pulau sebelah barat Nusantara.
Terletak di garis Khatulistiwa, Pulau Kalimantan lahir menjadi sebuah wilayah yang subur. Namun, tahukah kamu bahwa pulau ini juga menyimpan beberapa hal menarik?
Advertisement
Berikut 10 keunikan Kalimantan
1. Hutan hujan tropis tertua di dunia
Seperti yang sudah disebutkan, secara administrasi, Borneo mencakup tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Borneo memiliki hutan hujan tropis tertua di dunia.
Baca Juga
Bahkan, umurnya telah mencapai 130 tahun. Tak heran, jika di wilayah ini juga disebut sebagai paru-paru dunia sekaligus pusat flora dunia.
2. Kerbau rawa amuntai yang hidup di atas air
Perkebunan kelapa sawit mengakibatkan keterbatasan lahan di Kalimantan. Dampaknya, masyarakat desa Danau Panggang pun terpaksa bertenak kerbau rawa amuntai dengan memanfaatkan rawa.
Borneo memang disebut dengan pulau seribu sungai. Dari atas, Borneo memiliki perairan lebih banyak dari daratan.
Kerbau rawa amuntai ini justru menjadi destinasi wisata menarik di Amuntai, Borneo. Dari atas perahu, kamu bisa menjadi penggembala kerbau rawa.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bekantan
3. Habitat bekantan
Endapan lumpur dari sungai Barito menyebabkan terbentuknya cagar alam satwa Bekantan. Bekantan merupakan hewan sejenis kera yang memiliki bulu cokelat cerah dan hidung besar.
Untuk bisa mencapai ke pulau ini, setelah turun dari perahu, kamu harus menjejakkan kaki di atas lumpur setinggi betis. Wilayah ini juga dinamakan pulau kaget karena saat memasuki lokasi ada banyak bekantan yang saling bersahut-sahutan.
4. Surga bagi para satwa liar
Taman Nasional Sebangau menjadi tempat tinggal orang utan yang kini makin punah akibat pemburuan liar manusia. Untuk mencapai lokasi ini, kamu harus menapaki jalanan beraspal hingga jalan tanah berdebu dengan pemandangan hutan lebat di sepanjang kanan dan kiri jalan.
Tak hanya berjalan kaki, kamu juga harus meneruskan perjalanan dengan menggunakan perahu untuk sampai ke lokasi tersebut.
5. Rumah Suku Dayak yang bisa ditinggali puluhan orang
Rumah lamin merupakan bangunan rumah kayu tradisional yang umumnya berbentuk rumah panggung. Rumah ini merupakan rumah tradisional Suku Dayak.
Rumah ini sangat besar dan megah. Bahkan, saking besarnya, di dalam rumah lamin ini ditinggali oleh beberapa puluh kepala keluarga yang hidup secara rukun.
6. Tempat penangkaran buaya terbesar di Indonesia
Desa Teritip Balikpapan merupakan tempat penangkaran berbagai jenis buaya, mulai dari buaya supit hingga buaya air tawar yang terbilang buaya langka. Buaya-buaya ini dibesarkan di dalam puluhan kandang di lahan seluas 5 hektar.
7. Masjid terbesar dan termegah kedua di Asia Tenggara
Masjid Islamic Center Samarinda (MICS) merupakan masjid terbesar dan termegah kedua di Asia Tenggara. Bangunan masjid ini berdiri kokoh dengan balutan warna oranye dan beberapa menara.
Lokasinya kurang lebih 2 km dari jembatan mahakam. Menara yang menghiasai MICS ini terinspirasi dari menara Masjid Nabawi di Madinah, sedangkan kubahnya terinspirasi dari kubah utama masjid di Istanbul, Turki.
Â
Advertisement
Asal-Usul Samarinda
8. Asal-usul nama Samarinda
Nama kota Samarinda bukan diambil dari kata ‘sama’ dan seorang gadis bernama ‘rinda’, melainkan dari kata ‘sama’ dan ‘rendah’. Nama tersebut merujuk pada lambang sama tinggi antara rumah satu dan rumah lainnya dan tidak ada perbedaan derajat.
Dahulu, putra-putri Suku Bugis-Makasaar terkenal dengan jiwa pelautnya yang melakukan pelayaran hingga ke Australia dan Madagaskar. Hingga akhirnya, mereka memilih tinggal di rumah rakit yang berada di atas air.
9. Tradisi telinga panjang wanita Dayak
Wanita di Suku dayak identik dengan telinganya yang panjang. Meskipun tradisi tersebut mulai hilang, tetapi generasi tua masih tetap melestarikan tradisi ini.
Proses pemanjangan cuping telinga para wanita Dayak dilakukan sejak bayi. Tradisi ini menjadi bukti adanya tingkat sosial seseorang dalam masyarakat Dayak.
Semakin panjang telinga, maka kedudukannya semakin tinggi atau berasal dari kaum bangsawan. Pemanjangan cuping dilakukan dengan pemberat logam lingkaran gelang berbentuk gasing.
10. Lumba-lumba air tawar di Sungai Mahakam
Sungai Mahakam merupakan sungai terluas di Indonesia. Sungai ini mengalir dari Kutai Barat hingga Kutai Kartanegara.
Sungai ini ternyata juga menyimpan kehidupan lumba-lumba air tawar. Untuk dapat melihatnya, kamu bisa memantau dari pukul 06.00 hingga 08.00 atau 16.00 hingga 18.00, saat lumba-lumba muncul ke permukaaan.
(Resla Aknaita Chak)