Sejarah 17 Oktober: Asal Usul Diperingatinya Hari Pemberantasan Kemiskinan Internasional

Ada fakta menarik setiap 17 Oktober yang menandari Hari Pemberantasan Kemiskinan Internasional.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 18 Okt 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 00:00 WIB
Jumlah Penduduk Miskin di Jakarta Capai 362 Ribu Jiw
Aktivitas warga di perkampungan kumuh kawasan Semper, Cilincing, Jakarta, Selasa (12/10/2021). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta per September 2021 mencatat, jumlah penduduk miskin di Ibu Kota mencapai 362 ribu jiwa. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Bandung - Ada fakta menarik setiap 17 Oktober yang menandai Hari Pemberantasan Kemiskinan Internasional. Peringatan hari ini 35 tahun lalu ketika lebih dari 100.000 orang berkumpul di Human Rights and Liberties Plaza di Trocadero, Paris, Perancis untuk menghormati para korban kemiskinan ekstrem, kekerasan, dan kelaparan.

Kegiatan ini diinisiasi oleh seorang imam Perancis dan aktivis kemanusiaan Joseph Wresinski. Mereka menyatakan bahwa kemiskinan adalah pelanggaran hak asasi manusia setelah beberapa orang menegaskan perlunya untuk bersama-sama memastikan bahwa hak-hak mereka dihormati.

Gerakan yang diusung oleh Joseph Wresinski asal Perancis ini berhasil menarik perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sehingga pada 1992, PBB menetapkan 17 Oktober sebagai Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia.

Adapun tujuan dari peringatan hari ini pertama, mengakui usaha dan perjuangan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan. Sebuah momen untuk menyadari bahwa orang miskin adalah orang pertama yang berjuang melawan kemiskinan.

Kedua, untuk menyelamatkan orang dari kondisi kerja yang berbahaya. Ketiga, untuk memberantas perumahan yang tidak aman. Keempat, menyediakan makanan yang bergizi.

Kelima, untuk memfasilitasi akses yang sama terhadap keadilan. Keenam, untuk menyediakan akses ke perawatan kesehatan.

Ditinjau dari segi definisi, ada yang menafsirkan kemiskinan adalah sebuah kondisi di mana manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Ada juga yang mengartikannya sebagai hal-hal yang bersifat moral.

Namun, sekali lagi, kemiskinan memiliki makna yang sangat luas. Melalui kemiskinan, lahir ketidakmakmuran, kelaparan, kesehatan memburuk, sanitasi air bersih pun tidak terpenuhi. Selain itu, kemiskinan juga melahirkan ketidakmampuan, ketidakmampuan memperoleh pendidikan dan memanfaatkan teknologi yang rasa-rasanya bakal menjadi solusi dari permasalahan ini.

Tema 2022

Dampak Resesi
Ilustrasi Kemiskinan Credit: pexels.com/Harrison

Mengutip situs United Nations (PBB), peringatan International Day for the Eradication of Poverty 2022 mengangkat tema 'Dignity For All in Practice' atau 'Martabat Untuk Semua dalam Praktik'.

Makna tema peringatan Hari Pemberantasan Kemiskinan Internasional 2022 adalah bahwa martabat manusia bukan hanya hak fundamental itu sendiri tetapi merupakan dasar dari semua hak fundamental lainnya.

Oleh karena itu, martabat bukanlah konsep abstrak melainkan suatu hal yang dimiliki masing-masing dan setiap orang. Saat ini, banyak orang yang hidup dalam kemiskinan yang terus-menerus mengalami martabat mereka ditolak dan tidak dihormati.

Hari ini, menghormati jutaan orang yang menderita kemiskinan dan keberanian sehari-hari mereka dan mengakui solidaritas global yang penting dan tanggung jawab bersama yang kita pegang untuk memberantas kemiskinan dan memerangi segala bentuk diskriminasi.

Dimensi Kemiskinan

Kemiskinan Absolut dan Relatif

Kemiskinan absolut mengacu pada suatu standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Sedangkan, kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan.

Bank Dunia mendefinisikan, kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2 per hari.

Kemiskinan Makro dan Mikro

Secara konsep, kemiskinan makro adalah kemiskinan yang dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Pengukuran kemiskinan makro menyediakan data tentang jumlah penduduk miskin secara agregat (nasional) yang dihitung dari hasil estimasi atau pekiraan sampel data Susenas.

Sementara, kemiskinan mikro didasarkan 14 kriteria kemiskinan dengan berbasis pada rumah tangga. Ke-14 variabel yang digunakan adalah luas lantai perkapita, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, bahan bakar, membeli daging/ayam/susu, frekuensi makan, membeli pakaian baru, kemampuan berobat, lapangan usaha kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan aset yang dimiliki rumah tangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya