Liputan6.com, Blora - Wahyu Vera Apriliani, tak mampu menyembunyikan kesedihannya saat konferensi pers di Mapolres Blora. Tangisnya pecah saat memaparkan kronologi merawat korban pencabulan menimpa disabilitas ganda hingga melahirkan bayi yang kedua kalinya.
Bu Vera, panggilannya, merupakan bidan desa yang bertugas di Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sehari-hari, sudah 2 tahun lebih adalah seorang yang paling peduli merawat dan mengurus kondisi hingga kesehatan korban.
Bidan desa ini terlihat menangis di samping Bupati Blora Arief Rohman, saat diminta Kapolres Blora AKBP Fahrurozi untuk memberikan paparan di hadapan banyak orang. Meliputi jajaran anggota Polres Blora, perwakilan Dinsos P3A Blora, guru sekolah korban, mantan guru sekolah korban, tim Bupati Blora, awak media lokal dan nasional, serta lain sebagainya.
Advertisement
"Lahirnya bayi perempuan yang kedua pada Senin, 9 Januari 2023 sekitar pukul 13.00 WIB. Berat badan 2,7 kilogram dengan tinggi 48 sentimeter. Kondisinya sehat," ujarnya, Jumat (13/02/2023).
Baca Juga
Sebelumnya, korban juga telah melahirkan bayi perempuan yang pertama pada Kamis, 4 Februari 2021 sekitar pukul 11.15 WIB silam. Namun bayi tersebut meninggal dunia saat usianya sekitar 10 bulan.
Proses melahirkannya bayi perempuan yang pertama maupun yang kedua juga sama. Yaitu melalui operasi di rumah sakit. "Operasi sesar di RSUD Blora," beber Bu Vera, kepada Liputan6.com.
Saat mendampingi korban melahirkan bayi perempuan kedua, dia ditemani sejumlah pihak di rumah sakit. Yaitu perangkat desa, ibu korban, guru sekolah korban, dan dari Dinsos P3A Blora.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
2 Kali Melahirkan di Masa 4 Kapolres Blora Belum Terungkap
Tak hanya Bu Vera yang tak mampu membendung gurat kesedihan. Wartawan Blora Lilik Yuliantoro dan lainnya, juga tangisnya pecah tak mampu menutupi kesedihan. Karena kasus pencabulan yang menimpa disabilitas ganda hingga 2 kali melahirkan, 2 kali lapor polisi di masa 4 Kanit PPA Satreskrim Polres Blora, 2 Kasatreskrim Polres Blora, dan 4 Kapolres Blora ini belum terungkap predator bejatnya 2 tahun lebih.
Lilik bernazar akan potong gundul jika kasus pencabulan yang telah lama terjadi ini, pihak kepolisian khususnya Polres Blora mampu mengungkap segera. Selain itu dirinya juga akan memberikan bunga kepada Bupati Blora Arief Rohman.
“Saya akan potong gundul jika ini terungkap, saya juga akan memberikan bunga terkhusus untuk Gus Arief (Bupati Blora) dan Pak Fahrurozi (Kapolres Blora),” tandasnya.
Dalam Konferensi Pers yang berlangsung, Kapolres Blora AKBP Fahrurozi mengaku, memang pihaknya kesulitan mengungkap kasus rudapaksa lantaran korban merupakan penyandang disabilitas ganda. Sehingga, dari awal sejak dilaporkan pertama kali pada Rabu 21 November 2020 lalu hingga sekarang kesulitan membuktikan secara hukum.
“Menjaga keselamatan yang bersangkutan, termasuk psikis korban dan keluarga. Saya harap jangan sampai terulang ketiga kali dan ini sudah sangat-sangat buruk,” ucap Fahrurozi.
Sebagai pucuk pimpinan Polres Blora yang ke-4 yang menerima 2 kali aduan resmi terkait kasus yang terjadi ini, Fahrurozi menegaskan akan segera memberikan informasi perkembangannya lebih lanjut.
“Jadi saya tegaskan sekali lagi bahwa peristiwa ini menjadi perhatian kami dan mudah-mudahan InsyaAllah perkembangannya dalam waktu dekat akan kita sampaikan,” tegasnya.
Advertisement
Kata Kabareskrim Polri dan Bupati Blora
Sebelum Konferensi Pers berlangsung, Kabareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto juga sempat berkomunikasi secara langsung dengan Liputan6.com, dan mengabarkan intinya bahwa pihaknya usai berkomunikasi membahas kasus yang terjadi hingga lama ini.
"Sudah diatensi Bupati (Arief Rohman) dan Forkompimda Kabupaten Blora," ujar jenderal bintang tiga asli putra daerah Blora ini.
Sebelumnya, Bupati Blora Arief Rohman saat ditemui juga turut prihatin. Kemudian orang nomor satu di Pemkab Blora yang akrab disapa Gus Arief ini meminta bantuan awak media, untuk membuatkan file atau dokumen singkat terkait kasus rudapaksa yang telah terjadi hingga lama ini.
Dokumen tersebut dipergunakan sebagai pijakan awal Gus Arief untuk membuktikan keseriusannya, berupaya bersama-sama mencarikan solusi memecahkan kasus yang menimpa warganya seorang disabilitas ganda (wicara, rungu dan intelektual) itu.
"Nanti saya koordinasikan (rapatkan) dengan Forkompimda, saya bisa dibantu buatkan file Pdf-nya," ujar Gus Arief.