Tongkek, Alat Musik Pengingat Waktu Salat Khas Lombok Timur

Bambu yang digunakan untuk membuat tongkek adalah bambu ater.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Feb 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2023, 14:00 WIB
Wisata NTB
Desa Tetebatu, Masbagik, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). (dok. Instagram @jobbaman/https://www.instagram.com/p/CQ3Q2PTlOAL/)

Liputan6.com, Lombok - Tongkek merupakan alat musik tradisional khas Kelurahan Pancor, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Alat musik yang terbuat dari bambu ini umumnya digunakan sebagai pengingat waktu salat.

Bambu yang digunakan untuk membuat tongkek adalah bambu ater. Masyarakat setempat biasa menyebut bambu tersebut dengan julukan bambu tereng jamaq.

Mengutip dari 'Organologi Alat Musik Tongkek di Lombok Timur' oleh Hary Murcahyanto, Yuspianal Imtihan, dan Muh. Alfian Nur Khair, masyarakat setempat memilih bambu yang sudah tua dan kering dengan rata-rata kadar air berkisar antara 9,5 persen hingga 10,23 persen. Angka tersebut sesuai dengan uji Labolaturium Penguji Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB pada 26 Agustus 2018 lalu.

Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul ini memerlukan waktu selama 2-4 hari proses pembuatan. Pasalnya, proses pembuatan alat musik ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan yang tinggi.

Sementara itu, alat musik tradisional Lombok ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsinya masing-masing. Pada bagian badan tongkek atau bagian depan berfungsi sebagai tempat memukul saat dimainkan. Sementara itu, alat pemukul yang digunakan disesuaikan dengan diameter dan ketebalan tongkek.

Biasanya, semakin besar diameter dan ketebalan Tongkek, maka semakin banyak lilitan karet yang digunakan pada pemukulnya. Banyaknya lilitan karet sangat berpengaruh terhadap suara tongkek.

Adapun tabung suara yang terletak di bagian atas tongkek berfungsi sebagai penghasil suara. Pada bagian itu pula, para pemain tongkek akan memegang alat musik ini dengan tangan kiri saat memainkannya.

Selanjutnya, ada pula bagian parkosan, yakni diameter bambu yang dipotong sebagian yang berfungsi untuk membuat nada pada tongkek menjadi lebih rendah. Sementara itu, ujung tongkek yang lain berfungsi untuk membuat nada menjadi lebih tinggi.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

24 Tongkek

Dalam satu set, alat musik ini terdiri dari 24 tongkek. Masing-masingnya terdapat dua nada yang sama, di antaranya lime bewek (5), enem bewek (6), sekeq tengek (1’), due tengek (2’), telu tengek (3’), lime tengek (5’), enem tengek (6’), sekeq atas (1”) , due atas (2”), telu atas (3”), lime atas (5”) dan enem atas (6”).

Semakin rendah nada yang ingin dihasilkan, maka semakin panjang ukuran tabung tongkek. Selain ukuran panjang, diameter juga menjadi salah satu faktor penghasil nada pada tongkek. Meski demikian, tongkek tidak memiliki standar ukuran yang tetap dan hanya bergantung pada pembuatnya.

Hingga saat ini, tongkek masih digunakan oleh masyarakat Pancar di Lombok Timur. Tak hanya dimanfaatkan sebagai pengingat waktu salat, tongkek juga berfungsi sebagai alat untuk membangunkan warga saat sahur.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya