Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran, Ini Data Terkini dari Badan Geologi

Terjadi rentetan awan panas guguran di Gunung Merapi, Jawa Tengah bersumber dari longsoran kubah lava barat daya pada Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mar 2023, 17:09 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 16:59 WIB
Penampakan Asap Tebal Erupsi Gunung Merapi
Asap tebal mengepul saat erupsi Gunung Merapi terlihat dari desa Tunggularum di Sleman pada 11 Maret 2023. Gunung Merapi di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) erupsi pada Sabtu (11/3/2023). Imbasnya, meluncurkan awan panas guguran ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak. (AFP/Devi Rahman)

Liputan6.com, Jakarta - Terjadi rentetan awan panas guguran di Gunung Merapi, Jawa Tengah bersumber dari longsoran kubah lava barat daya pada Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB. Hingga pukul 15.00 WIB siang ini, tercatat 21 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal kurang lebih 4 km ke arah barat daya yaitu di alur Kali Bebeng dan Krasak.

“Pada saat kejadian, angin di sekitar Gunung Merapi bertiup ke arah barat laut-utara. Awan panas guguran ini menyebabkan hujan abu ke beberapa tempat terutama di sisi barat laut-utara Gunung Merapi dan mencapai Kota Magelang,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/3/2023).

Sugeng menjelaskan, aktivitas erupsi saat ini terhitung masih tinggi. Pada minggu ini guguran lava teramati sebanyak 19 kali ke arah barat daya ke hulu Kali Boyong, Kali Bebeng dan Kali Sat/Putih dengan jarak luncur maksimal 1.200 meter.

Selain itu, suara guguran terdengar dari Pos Kaliurang dan Pos Babadan sebanyak enam kali dengan intensitas kecil hingga sedang. Aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi.

Sementara, seismisitas internal seperti gempa vulkanik dalam (VTA) terjadi sebanyak 77 kejadian/hari, gempa vulkanik dangkal (VTB) 1 kejadian/hari, gempa Multifase (MP) 6 kejadian/hari, dan gempa guguran sebanyak 44 kejadian/hari. Sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 0.5 cm/hari.

“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih berada pada tingkat Siaga (Level III),” ujar Sugeng.

Adapun potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Terkait dengan aktivitas saat ini, kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana Gunung Merapi kami rekomendasikan sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya–upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi yang terjadi saat ini.

Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.

Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Masyarakat dapat mengakses informasi resmi aktivitas Gunung Merapi melalui aplikasi Magma Indonesia, situs web bpptkg.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, radio komunikasi pada frekuensi 172.000 MHz, Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, dan kantor BPPTKG, Jalan Cendana No. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514192.

Badan Geologi melalui PVMBG-BPPTKG terus berupaya dalam mitigasi bahaya Gunung Merapi, baik melalui pemantauan, penilaian bahaya, penyebaran informasi, dan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya dan mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi, pemerintah daerah, dan BPBD setempat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya