Liputan6.com, Palangka Raya - Dahulu, masyarakat di Palangka Raya menggunakan supak sebagai alat takar tradisional. Alat ini terbuat dari tempurung kelapa berwarna cokelat.
Karena dibuat dari tempurung kelapa, alat takar ini memiliki bentuk bulat panjang. Biasanya, supak digunakan untuk menakar beras.
Advertisement
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, supak dibuat dengan cara membelah dua tempurung kelapa dengan ukuran berbeda. Potongan yang lebih besar inilah yang nantinya digunakan sebagai supak atau takaran beras.
Advertisement
Setelah dibelah, tempurung kelapa tersebut kemudian dikeringkan. Setelah benar-benar kering, barulah supak dapat dimanfaatkan sebagai alat penakar beras.
Baca Juga
Sayangnya, supak tak lagi dikenal oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Hal itu karena alat takar semacam ini dinilai tidak praktis.
Masyarakat pun lebih memilih alat takar lain, seperti canting atau kaleng susu bekas. Bahkan, kaleng susu bekas masih digunakan sebagai alat takar beras oleh masyarakat di pedesaan.
Sebelum menggunakan kaleng susu bekas, masyarakat memang menggunakan supak sebagai alat takar beras. Namun, sejak masuknya penjualan susu kaleng kental manis ke wilayah tersebut, membuat masyarakat mengalami perubahan pada sistem penakaran beras.
Supak maupun bekas kaleng susu memang sudah ditinggalkan oleh masyarakat yang tinggal di kota karena mereka sudah menggunakan hadiah takaran beras dari pembelian rice cooker. Meski demikian, supak tak bisa ditinggalkan dari perjalanan perkembangan alat takar tersebut. Oleh karena itu, benda ini disimpan menjadi salah satu koleksi Museum Balanga, Kalimantan Tengah.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak