Ada Pacuan Kuda di Balik Nama Stasiun Solo Balapan, Ini Kisahnya

Stasiun ini dibangun pada masa kolonial 1873 dan menjadi stasiun tertua di Solo.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Jun 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2023, 06:00 WIB
Stasiun Balapan Solo
Stasiun Solo Balapan menjadi salah satu judul lagu yang melejitkan nama penyanyi campursari Didi Kempot.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Stasiun Solo Balapan atau Stasiun Balapan merupakan salah satu stasiun yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Solo maupun daerah lain. Terkait penamaannya, ternyata stasiun ini juga menyimpan sejarahnya tersendiri.

Stasiun Solo Balapan merupakan stasiun utama di Kota Solo. Stasiun ini juga menjadi stasiun legendaris kedua setelah Stasiun Samarang yang kini sudah digantikan oleh Stasiun Semarang Tawang.

Mengutip dari surakarta.go.id, Stasiun Solo Balapan berlokasi di Jalan Wolter Monginsidi Nomor 112, Kestalan, Banjarsari, Kota Surakarta. Stasiun ini dibangun pada masa kolonial 1873 dan menjadi stasiun tertua di Solo.

Selain itu, Stasiun Solo Balapan juga menjadi bagian dari sejarah kereta api di Indonesia. Pada masa itu, Solo sedang digalakkan untuk menjadi pola perkotaan.

Keinginan tersebut lahir dari pemerintah Kolonial Belanda. Perubahan pola ini diikuti dengan dibangunnya sarana dan prasarana umum, salah satunya sarana transportasi kereta api. Pemerintah Kolonial Belanda pun sudah menggagas jalur rel kereta api dari ibu kota Provinsi, Semarang, menuju Solo.

Dahulu, lahan yang digunakan sebagai lokasi Stasiun Solo Balapan merupakan Alun-Alun Utara milik Keraton Mangkunegaran. Terdapat pacuan kuda di dalam alun-alun tersebut yang berada di bawah kekuasaan Mangkunegara IV.

Pada masa itu, lapangan pacuan kuda balapan dianggap menjadi lokasi paling pas untuk dijadikan stasiun. Hal itu dikarenakan jalur rel kereta bisa langsung mengarah ke Semarang.

Akhirnya, arena pacuan kuda tersebut diubah menjadi sebuah stasiun yang kini dikenal sebagai Stasiun Solo Balapan. Dari sanalah asal nama Solo Balapan, kata 'balapan' disematkan dan dipertahankan untuk lokasi tersebut, bahkan setelah berubah menjadi stasiun.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya