Debu Truk Tambang Pegunungan Kendeng Renggut Hak Udara Bersih Anak-Anak di Pati

Serangan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mengancam anak-anak di Pati akibat tambang Tambang Pegunungan Kendeng. Adakah kehadiran negara?

oleh Ahmad Adirin diperbarui 15 Agu 2023, 09:08 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2023, 09:08 WIB
hak udara bersih anak
Para siswa SDN I Wegil terpaksa menutup hidungnya akibat dikepung hujan debu akibat aktivitas tambang batu kapur Pegunungan Kendeng. (Liputan6.com/Arief Pramono)

Liputan6.com, Pati - Masifnya aksi penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng Utara kian mengkhawatirkan. Tak hanya mengancam lingkungan alam, tapi juga berdampak pada permukiman warga, serta aktivitas kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Maraknya penambangan di wilayah Pati selatan ini, menyebabkan intensitas lalu lalang truk pengangkut hasil tambang yang melintasi permukiman warga makin tinggi. Akibatnya debu-debu yang beterbangan mengganggu aktivitas warga, terlebih anak-anak. Parahnya lagi, dampaknya membuat aktivitas KBM di SD Negeri 1 Wegil, Kecamatan Sukolilo sangat terganggu.

Pihak SD setempat sempat kebingungan, lantaran debu banyak mengotori halaman sekolah hingga masuk ruangan kelas dalam beberapa bulan ini. Para guru harus bekerja ekstra tiap pagi dan siang hari membersihkan debu, supaya para siswa nyaman belajar di kelas.

"Kami harus menyiram halaman dengan air sehari sekali dan rajin menyapu ruang kelas, akibat debu dari puluhan truk muatan tambang yang melintas di depan sekolah," ujar A Zaini, penjaga sekolah di SDN 1 Wegil kepada tim Liputan6.com, Senin (14/8/2023).

Menurut Zaini, beberapa waktu lalu ada sekitar delapan orang siswa yang sakit secara bersamaan. Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan apakah siswa itu sakit akibat polusi debu atau penyebab lainnya.

Untuk mengantisipasi kecelakaan, Zaini selaku penjaga sekolah harus bersiaga di depan sekolah setempat. Ia membantu menyeberangkan para siswa yang hendak masuk dan pulang sekolah. Sebab tiap hari ratusan truk bermuatan berat lalu lalang.

Dari pantauan tim Liputan6.com, puluhan siswa SDN 1 Wegil harus menutup hidungnya dengan tangan, memakai masker dan peralatan seadanya agar tak menghirup debu. Sejumlah orang tua yang menjemput anak mereka sepulang sekolah, banyak yang menggunakan masker.

Tak hanya siswa SDN 1 Wegil yang terganggu dengan hujan debu akibat truk tambang. Namun sejumlah lembaga pendidikan lainnya seperti Madrasah Diniyah Al Futuhiyah, Taman Pendidikan Al Qur’an Futuhul Qur’an dan SLB Futuhiyah di Desa Wegil ikut terdampak.

 

Camat Mediasi Pengusaha Tambang dan Warga

Dalam aksi sebelumnya, emak-emak warga Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Pati, yang memprotes aktvitas truk tambang, mendapatkan respon dari pemilik tambang yang beroperasi di Pegunungan Kendeng Utara.

Perwakilan dari desa terdampak dan pemilik tambang, akhirnya difasilitasi untuk bertemu di aula Kantor Kecamatan Sukolilo, Rabu (9/8/2023). Tampak beberapa perangkat Desa Gadudero, Desa Balaiadi, dan Desa Wegil (Kecamatan Sukolilo) hadir. 

Warga pun menyampaikan tuntutan mereka. Mulai dari debu, masalah muatan yang diturunkan sembarangan, penyiraman jalan dan jam operasional truk. Serta aksi kebut-kebutan truk tambang yang dianggap meresahkan warga.

Menurut Camat Sukolilo, Andrik Sulaksono kepada para wartawan, pertemuan itu sebagai tindak lanjut dari aksi emak-emak yang terjadi pada Senin (7/8/2023). Dari pertemuan itu, empat poin tuntutan dan telah disepakati. Pihak kecamatan juga meminta truk menggunakan terpal, untuk menutup muatan mereka. (Arief Pramono)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya