Cegah Kanker Serviks, Ini Pentingnya Pemberian Vaksin HPV

Vaksin HPV bivalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi virus HPV tipe 16 dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Sep 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 20:00 WIB
Apa itu vaksin HPV
Ilustrasi vaksin HPV. (unsplash.com/@mufidpwt)

Liputan6.com, Bandung - Pemberian vaksin HPV kini tengah digencarkan oleh sejumlah daerah di Indonesia. Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).

Di Indonesia, vaksin HPV dapat diberikan kepada perempuan usia 9–55 tahun dan laki-laki usia 19–26 tahun. Terdapat dua jenis vaksin HPV, yaitu bivalen dan tetravalen.

Menurut dr. Merry Dame Cristy Pane di laman alodokter.com, vaksin HPV bivalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi virus HPV tipe 16 dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks.

"Sedangkan vaksin HPV tetravalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks dan kutil kelamin," jelas Merry seperti dikutip, Rabu (6/9/2023).

Idealnya kata Merry, vaksin HPV diberikan kepada remaja atau orang dewasa muda yang belum pernah mendapatkan vaksin HPV sebelumnya dan belum aktif secara seksual.

Dosis vaksin HPV untuk anak usia di bawah 15 tahun diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak dosis kedua adalah 6–12 bulan setelah dosis pertama.

Sedangkan vaksin HPV tetravalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks dan kutil kelamin.

"Vaksin HPV mengandung protein yang dibuat menyerupai virus HPV. Setelah disuntikkan, protein dalam vaksin ini akan bekerja dengan membantu tubuh memproduksi antibodi untuk melawan virus HPV," ungkap Merry.

Merry menambahkan vaksin HPV disuntikkan ke otot (intramuskular/IM). Penyuntikan vaksin ini akan dilakukan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter di fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk untuk pelayanan vaksinasi.

Jika vaksin disuntikan pada usia 9–13 tahun, maka membutuhkan 2 dosis vaksin HPV. Jika vaksin disuntikkan pada usia 16–18 atau usia dewasa, maka membutuhkan 3 dosis vaksin HPV.

Vaksin HPV sebaiknya diberikan sejak masih anak-anak, karena pada usia tersebut hubungan seksual belum dilakukan.

"Dengan begitu, lebih sedikit kemungkinan pasien sudah tepapar virus dan vaksin HPV dapat bekerja lebih efektif," tukas Merry.

Pemberian vaksin HPV harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan agar vaksin dapat bekerja dengan baik.

Seseorang harus mendapatkan seluruh dosis yang sudah ditentukan. Jika melewatkan salah satu dosis, segera temui dokter untuk mendapatkan dosis yang terlewat.

Penggunaan vaksin HPV bersama dengan antikoagulan dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Selain itu, penurunan respons imun dapat terjadi jika vaksin HPV digunakan bersama obat-obatan untuk kemoterapi, radioterapi, atau kortikosteroid dengan dosis tinggi.

"Agar aman, selalu beri tahu dokter jika Anda ingin mengonsumsi obat-obatan lain bersamaan dengan vaksin HPV," tambah Merry.

Merry menyebutkan terdapat beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan vaksin HPV.

Diantaranya adalah nyeri, bengkak, gatal, atau kemerahan di area bekas suntikan, sakit kepala, mual atau muntah, nyeri otot atau sendi, rasa lelah, demam, pusing atau pingsan.

Vaksin HPV penting untuk diberikan sejak dini guna mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus HPV, termasuk kanker serviks.

Kanker serviks sendiri diketahui merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada wanita.

Pemberian vaksin human papillomavirus (HPV) adalah bagian dari rangkaian vaksinasi untuk anak-anak dan remaja.

Meski begitu, wanita dewasa muda yang sudah berhubungan seksual secara aktif juga perlu mendapatkan suntikan vaksin HPV.

Vaksin HPV ini berperan penting dalam mencegah penyakit akibat infeksi virus HPV, misalnya kanker serviks, kanker penis, kanker anus, kanker tenggorokan, dan kutil kelamin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya