Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara dan kanker serviks masih menjadi dua jenis kanker yang terbanyak terjadi pada perempuan. Sayangnya, perempuan di kawasan Asia Pasifik dinilai punya risiko lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dan kanker serviks.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kasus kanker payudara untuk wilayah Asia Pasifik dapat meningkat sebesar 20,9 persen antara tahun 2020 dan 2020, dengan angka kematian sebesar 27,8 persen.
Baca Juga
Begitu pula dengan kanker serviks yang insidennya diperkirakan meningkat sebesar 18,9 persen dengan angka kematian mencapai 24,9 persen dalam periode waktu yang sama pada 2020 hingga 2030.
Advertisement
Selain itu, penilaian terkait kanker payudara dan kanker serviks pada perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti di wilayah Asia Pasifik turut menunjukkan hasil yang lebih buruk.
Faktor Penyebab yang Berkontribusi
Merujuk pada hal-hal tersebut, ada beberapa faktor penyebab yang dianggap dapat berkontribusi pada peningkatan kasus kanker payudara dan kanker serviks di wilayah Asia Pasifik.
Hal itu dikarenakan perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah masih memiliki tingkat kesadaran terkait kanker serviks dan kanker payudara yang rendah.
Serta, ada pula faktor lain seperti stigma dan kurangnya akses pada layanan skrining, diagnosis, pengobatan, dan perawatan yang tepat waktu dan berkualitas.
Asia Pacific Women's Cancer Coalition (APAC WCC) atau Koalisi Kanker Wanita Asia Pasifik pun menyampaikan komitmennya untuk membantu mengatasi kesenjangan untuk pencegahan dan pengendalian kanker payudara dan kanker serviks.
6 Negara Fokus Penanganan Kanker Payudara dan Kanker Serviks
Berdasarkan laporan APAC WCC yang didukung oleh Roche dan terbit dalam Economist Impact pada Selasa, 22 Agustus 2023 bertajuk "Impact and Opportunity: The Case for Investing in Women's Cancers in Asia Pacific", ada dua hal yang menjadi fokus bahasan.
Pertama, mengkaji beban kanker payudara dan kanker serviks. Serta yang kedua, mengidentifikasi kesenjangan dan peluang perbaikannya pada masing-masing negara terkait kanker payudara dan kanker serviks.
Kajian dan identifikasi itu akan berfokus pada enam negara di Asia Pasifik. Keenam negara itu termasuk India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Area Head Roche Pharmaceuticals Asia Pacific, Ahmed Elhusseiny mengungkapkan bahwa risiko kesehatan kritis yang dihadapi perempuan di Asia Pasifik tidak dapat disangkal.
"Sebagai bagian dari komitmen keseluruhan untuk menangani masalah ini, Koalisi Kanker Perempuan Asia Pasifik telah memprakarsai laporan terfokus, yang menggambarkan jalur yang jelas untuk mengatasi kanker payudara dan kanker serviks," ujar Ahmed dalam expert panel yang berlangsung pada Selasa, (22/8/2023).
Advertisement
APAC WCC Soroti Penanganan Kanker di Asia Pasifik
Pendapat selaras diungkapkan oleh Direktur Eksekutif TogetHER for Health sekaligus pendiri APAC WCC, Dr Heather White.
Menurutnya, laporan APAC WCC akan menyoroti ketidaksesuaian yang terjadi di wilayah Asia Pasifik untuk mengatasi kanker pada wanita.
"Pengembangan Koalisi Kanker Wanita Asia Pasifik memberikan kesempatan untuk mencoba berbagai pendekatan terhadap pencegahan dan pengendalian yang dapat memberi informasi dalam strategi pengendalian kanker nasional dan regional," ujar Heather.
Dalam laporan APAC WCC, ada lima ranah yang dinilai. Kelimanya adalah kebijakan dan perencanaan, pencegahan dan penyaringan, diagnostik dan kapasitas sumber daya, pengobatan dan akses, serta kesadaran dan pendidikan.
Aksi yang Diserukan oleh APAC WCC dalam Laporannya
Bersamaan dengan itu, ada pula beberapa hal yang diserukan dalam laporan APAC WCC untuk mencapai penanganan kanker payudara dan kanker serviks yang ditargetkan WHO. Berikut di antaranya.
1. Meningkatkan pelacakan kinerja dengan membangun imunisasi, skrining, dan pendaftar hasil pasien untuk kanker serviks dan kanker payudara.
2. Mempercepat peluncuran program imunisasi nasional untuk HPV dan skrining kanker universal untuk memberikan pencegahan yang lebih efektif.
3. Pemerintah harus memprioritaskan kanker pada wanita sebagai bidang kebijakan utama untuk mencapai target nasional untuk imunisasi, skrining, dan pengobatan.
4. Pemerintah dan badan pendanaan global harus mengembangkan dan menerapkan model pendanaan yang efektif dan berkelanjutan.
5. Mendukung orang yang didiagnosis menderita kanker dengan memastikan bahwa jalur rujukan dan pengobatan jelas dan terdefinisi dengan baik.
Advertisement