7 September Hari Tenun Nasional, Ini Sejarah Tenun di Indonesia

Di Indonesia, kepandaian bertenun sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi.

oleh Tifani diperbarui 07 Sep 2023, 16:31 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2023, 16:30 WIB
8 Gaya Stylish Anggun C Sasmi dengan Body Goals di Usia 40an
Anggun C Sasmi tampil eksotis dalam balutan tenun. Mengenakan karya desainer Mel Ahyar, Anggun dililit dua kain tenun berwarna cokelat dan abu-abu. [instagram/anggun_cipta]

Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Tenun Nasional diperingati pada 7 September setiap tahun. Tradisi tenun dapat ditemui di berbagai daerah di tanah air.

Meski begitu, sebagian besar tradisi ini mulai menghilang karena tidak dilestarikan. Hal ini menjadi latar belakang penetapan Hari Tenun Nasional pada 7 September.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, tenun berasal dari kebudayaan zaman prasejarah yang terus berkembang. Di Indonesia, kepandaian bertenun sudah dikenal sejak beberapa abad sebelum masehi.

Sebelum ada kebudayaan bertenun, masyarakat telah mengenal terlebih dahulu proses pembuatan anyaman dari daun atau serat kayu. Keterampilan ini menuntun mereka untuk mempelajari kerajinan tenun.

Seiring berjalannya waktu, pengetahuan bertenun diterima dan berkembang di Indonesia. Perkembangan ini mengarah pada peningkatan mutu, keindahan tata warna, serta motif hiasan.

Penyebaran keterampilan bertenun pun merata ke seluruh wilayah Indonesia. Motif yang terinspirasi berasal dari latar belakang budaya dan lingkungan daerah masing-masing.

Hal ini memperlihatkan variasi yang sangat kaya dan indah. Selain jenis kain yang dipakai, setiap daerah pun memiliki teknik, ragam hias, hingga warna wastra yang bermacam-macam.

Dulu, banyak motif kain tenun dikaitkan dengan aspek keagamaan dan upacara adat, seperti ritual kelahiran, perkawinan, dan kematian. Namun sekarang, kain tenun tidak hanya digunakan sebagai busana atau pelengkap upacara adat, namun juga telah digunakan untuk interior.

Salah satu tenun tertua yang berkembang di Indonesia adalah tenun sekomandi. Tenun sekomandi merupakan warisan leluhur masyarakat Kalumpang-Mamuju di Sulawesi Barat.

Tenun jenis ini juga salah satu tenun tertua di dunia dengan rentang usia lebih dari 480 tahun. Nama tenun ini terdiri dari dua kata yaitu "seko" yang artinya persaudaraan atau kekeluargaan, serta "mandi" yang artinya kuat atau erat.

Secara garis besar, tenun sekomandi bermakna ikatan persaudaraan yang kuat. Setiap corak dan warna benang dari tenun sekomandi mengandung makna spiritual.

Proses pembuatan tenun sekomandi juga cukup unik dan memakan waktu yang lama hingga berbulan-bulan. Tenun ini terbuat dari kulit kayu yang ditumbuk, lalu diolah untuk dipintal.

Bahan itu lalu ditambah pewarna alami, salah satunya cabai yang dicampur dengan pewarna lainnya. Warna tenun sekomandi sebagian besar terdiri dari warna cokelat merah dan krem, dengan didasari warna hitam.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya