25 September: Peringatan Hari Jadi Kota Bandung, Warga Bisa Tukar Sampah Jadi Sembako

Kota Bandung kini tengah merayakan Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ke-213 dengan menggelar aktivitas-aktivitas bermanfaat bagi masyarkat Bandung.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 25 Sep 2023, 13:15 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 13:15 WIB
Gedung Sate
Gedung Sate, salah satu gedung ikonik di Jawa Barat. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat.

Liputan6.com, Bandung - Pemerintahan Kota (Pemkot) Bandung saat ini tengah menyambut Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ke-213 yang bertepatan pada Senin, 25 September 2023. Adapun dalam menyambut hari bahagia tersebut Pemkot Bandung menggelar kegiatan menukar sampah anorganik menjadi sembako.

Kegiatan tersebut disampaikan oleh Direktur Bank Sampah Induk Kota Bandung Elis Solihat di Balai Kota. Pihaknya mengungkapkan jika warga membawa sampah sesuai dari katalog yang tersedia dalam bank sampah dan menukarnya untuk mendapatkan voucher.

“Jadi ini dalam rangka hari jadi Kota Bandung, warga membawa sampah sesuai dengan katalog yang ada di bank sampah, kemudian warga yang sudah menyetorkan ini akan mendapatkan voucher sesuai dengan jumlah rupiah yang sudah ditukar,” ujarnya mengutip dari Antara.

Elis menjelaskan bahwa jenis-jenis sampah yang dapat ditukar diantaranya sampah kertas, plastik, botol kaca atau plastik, karton dus, hingga besi logam. Masyarakat Kota Bandung terlihat sangat antusias dalam menukar sampah tersebut.

“Yang antri dari pagi sudah ada ratusan orang, sekarang tiga sampai mobil bak sudah mulai diangkutin,” jelasnya.

Sejarah Kota Bandung

Psi
Generasi milenial dan gen z Kota Bandung menjadi incaran para caleg di Pemilu 2024. Foto: Liputan6.com/Yuniua Suwantoro/edhie prayitno ige 

Melansir dari Bandung.go.id sejak 1998 pemerintah Kota Bandung menetapkan 25 September sebagai Hari Jadi Kota Bandung (HJKB). Selain itu terdapat beberapa pandangan yang mengidentikkan hari jadi Bandung dengan pembentukan gemeente Bandung yaitu 1 April 1906 yang membuat tanggal tersebut diperingati juga sebagai hari jadi Kota Bandung.

Adapun pemerintah kota Bandung mulai menyadari pentingnya pelurusan sejarah dengan menetapkan hari jadi Kota Bandung yang benar dan berdasarkan pembuktian atau fakta sejarah. Sehingga salah satu usahanya dengan melaksanakan seminar pada 10 Maret 1997 dan sarasehan pada 22 Januari 1998.

Pemerintah Bandung juga membentuk tim untuk meneliti hari jadi Kota Bandung yang anggotanya terdiri dari sejarawan dari fakultas sastra Universitas Padjajaran dan pakar bidang lainnya. Melalui penelitian tersebut akhirnya menghasilkan tanggal 25 September 1810 sebagai Hari Jadi Kota Bandung.

Proses Terbentuknya Kota Bandung

Braga Bandung
Gedung bersejarah di Jalan Braga Bandung (Liputan6.com / Huyogo Simbolon)

Kota Bandung berdiri tidak bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung karena Kota tersebut berdiri dengan tenggang waktu yang sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Diketahui Kabupaten Bandung berdiri sekitar pertengahan abad ke-17 masehi dan Bupati pertamanya adalah Tumenggung Wiraangunangun.

Ia memerintah Kabupaten Bandung yang beribukota di Krapyak (kini dikenal dengan Dayeuhkolot) dan mempunyai jarak sekitar 11 kilometer dari arah selatan pusat Kota Bandung sekarang.

Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke-6 yaitu R.A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dijuluki ‘dalem kaum’. Kekuasaan di Nusantara beralih dari kompeni kepada pemerintah Hindia Belanda dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels.

Dalam menjalankan tugasnya di pulau Jawa ia membangun jalan raya pos (groote postweg) dari anyer di ujung Jawa Barat hingga panarukan di ujung Jawa Timur. Pembangunan tersebut dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan Bupati daerah masing-masing.

Adapun di daerah Bandung khususnya dan daerah priangan umumnya jalan raya pos mulai dibangun pada pertengahan tahun 1808. Saat itu jalan dibangun dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada.

Di kota Bandung saat ini jalan-jalan tersebut diantaranya jalan Jenderal Sudirman, jalan Asia Afrika, jalan A. Yani, dan berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Adapun untuk memperlancar pembangunan jalan tersebut Daendels melalui surat 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten.

Masing-masing ke daerah Cikapundung da Andawadak (kini dikenal sebagai Tanjungsari) agar mendekati jalan raya pos. Namun Daendels rupanya tidak mengetahui jika jauh sebelum surat tersebut keluar Bupati Bandung telah merencanakan perpindahan ibukota Kabupaten Bandung.

Bahkan ia juga telah menemukan tempat yang cukup baik serta strategis untuk pusat pemerintahan. Tempat tersebut adalah lahan kosong berupa hutan yang berlokasi di tepi barat sungai Cikapundung di tepi selatan jalan raya pos yang tengah dibangun.

Alasan pemindahan ibukota tersebut antara lain karena Krapyak yang tidak strategis sebagai pusat pemerintahan. Pasalnya lokasinya berada di sisi selatan daerah Bandung dan sering dilanda banjir ketika musim hujan.

Akhirnya sekitar tahun 1808 atau awal 1809 Bupati dan sejumlah rakyat mulai pindah dari Krapyak mendekati lahan ibukota baru. Awal mulanya bupati tinggal di Cikalintu (kini dikenal dengan Cipaganti) dan pindah ke Balubur Hilir.

Kemudian pindah kembali ke kampung Bogor (kini dikenal sebagai Kebon Kawung dan pada lahan Gedung Pakuan saat ini). Sehingga tidak diketahui secara pasti berapa lama kota Bandung dibangun.

Tetapi kota tersebut dibangun bukan atas prakarsa dari Daendels melainkan atas prakarsa Bupati Bandung. Bahkan pembangunan kotanya turut dipimpin oleh Bupati sehingga Bupati R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri kota ini.

Adapun kota Bandung diresmikan sebagai ibu kota baru kabupaten Bandung dengan besluit tanggal 25 September 1810. Artinya selama belum ditemukan sumber lain yang menunjukan fakta lebih akurat maka tanggal tersebut dapat dipertanggungjawabkan validitasnya sebagai hari jadi Kota Bandung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya