Liputan6.com, Bandung - Saat ini, musim kemarau dan cuaca panas di Indonesia masih belum berakhir terutama di beberapa daerah sempat mengalami suhu panas yang ekstrem. Adapun untuk umat beragama muslim terdapat salah satu sunah yang bisa dilakukan untuk meminta hujan turun yaitu dengan salat Istisqa atau Istisqo.
Melansir dari Kemenag, salat Istisqa sendiri berasal dari kata Al-Istisqa yang mempunyai arti ‘curahan air penghidupan’ atau thalab al-saqaya. Salat ini termasuk ke dalam salat sunah muakkadah atau sunah yang sangat dianjurkan.
Para umat Muslim bisa melaksanakan salat Istisqa dengan meminta hujan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Selain itu pada zaman dahulu Rasulullah SAW juga pernah melaksanakan salat istisqa seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a berikut.
Advertisement
خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن
Artinya: “Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rakaat bersama kita tanpa adzan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khutbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya” (HR. Imam Ahmad).
Adapun dalam hadis yang diriwayatkan dari Abbad bin Tamim disebutkan jika Rasulullah SAW mengajak orang-orang untuk memohon turunnya hujan. Beliau mengajak orang-orang untuk salat dua rakaat bersama mereka.
“Sesungguhnya Rasulullah mengajak orang-orang keluar untuk memohon turunnya hujan, beliau salat dua rakaat bersama mereka, dan beliau membaca dengan suara keras. Setelah memindahkan kain selendang beliau mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa memohon diturunkan hujan sambil menghadap kiblat,” (HR Bukhari).
Tata Cara Pelaksanaan Salat Istisqa
Melansir dari Kemenag pelaksanaan salat istisqa dapat dilakukan dalam waktu siang hari seperti dalam hadis yang diriwayatkan dari istri beliau Aisyah Ra. Dalam hadis tersebut Rasulullah SAW mengerjakan salat istisqa setelah matahari muncul di atas permukaan bumi.
Seperti dimulainya salat Idul Fitri atau Idul Adha dan para ulama berpendapat salat istisqa dapat dikerjakan hingga sore hari. Perlu diketahui salat istisqa tidak dikerjakan pada waktu diharamkannya mengerjakan salat yaitu ketika matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari.
Berikut ini adalah tata cara salat Istisqa:
1. Imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjamaah.
2. Imam dan makmum tanpa didahului adzan dan iqamat berniat membaca niat salat istisqa.
أصلي سنة الاستسقاء ركعتين مستقبل القبلة اماما/ماموما لله تعالى
Artinya: “Saya niat salat sunnah istisqa dua rakaat menghadap ke kiblat karena Allah Ta’ala”.
3. Setelah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7 kali pada rakaat pertama dan 5x takbir pada rakaat kedua.
4. Pada setiap rakaatnya imam membacakan surat al-fatihah dan satu surat pendek yang secara jelas dapat didengarkan oleh para makmum. Setelah itu lanjut rujuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.
5. Pada rakaat kedua setelah sujud imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib. Setelah itu diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan serta ke kiri.
6. Selanjutnya imam menyampaikan khutbah dan didengarkan oleh para jamaah yang hadir. Khutbah dari salat istisqa terdiri dari dua khutbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khutbah. Rukun khutbah dan tata caranya dalam salat istisqa sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id yaitu membaca takbir 9x ada khutbah pertama dan takbir 7x pada khutbah kedua.
Advertisement
Doa Salat Istisqa
Selain melaksanakan salat Istisqa umat muslim juga dianjurkan untuk membaca doa sebanyak mungkin. Doa tersebut dapat diawali dengan doa kurab yaitu doa Rasulullah SAW ketika menghadapi kesusahan seperti berikut.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَظِيمُ الحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ وَرَبُّ العَرْشِ الكَرِيمِ
Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah yang agung dan santun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Arasy yang megah. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, bumi, dan Arasy yang mulia,” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).
Selain membacakan doa kurab atau doa Rasulullah SAW ketika menghadapi kesusahan kita juga dapat membacakan doa lain. Para umat muslim juga dianjurkan untuk membacakan doa permohonan turun hujan berikut ini.
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
Artinya: “Wahai zat yang maha hidup dan maha tegak, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan,”.