Dinas Lingkungan Hidup: Kualitas Udara Jakarta Saat Libur Lebaran 24 Maret-6 April 2025 Relatif Membaik

Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Jakarta menyebutkan kualitas udara selama Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025, mulai 24 Maret hingga 6 April 2025) relatif membaik.

oleh Devira Prastiwi Diperbarui 08 Apr 2025, 10:05 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2025, 10:05 WIB
Kualitas Udara Jakarta
Selain menginformasikan tingkat polusi, situs IQAir merekomendasikan masyarakat mengenakan masker, menghidupkan penyaring udara, dan memantau kualitas udara. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Jakarta menyebutkan kualitas udara selama Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025, mulai 24 Maret hingga 6 April 2025) relatif membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Asep Kuswanto, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, kualitas udara pada Idulfitri 2025 menunjukkan angka yang signifikan.

Asep menjelaskan, dibandingkan 2024, terjadi penurunan konsentrasi polutan sebesar 43–75 persen, dan jika dibandingkan 2023 penurunan berada pada kisaran 18–69 persen.

"Maka dari itu, dari sisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Jakarta berada dalam kategori baik saat Hari Raya pertama, sedangkan pada periode pemantauan hari kedua masuk ke dalam kategori sedang," ujar Asep, melansir Antara, Selasa (8/4/2025).

Dia mengatakan, data juga menujukan bahwa konsentrasi polutan saat Idulfitri 2025 lebih rendah dibandingkan 2023 dan 2024.

Asep juga menjelaskan, berdasarkan pemantauan konsentrasi perjam PM 2,5, terlihat adanya tren penurunan yang cukup jelas saat Hari Raya Idulfitri dibandingkan dengan H-7 hingga H-4.

"Konsentrasi PM 2,5 tertinggi justru tercatat pada 26 dan 27 Maret 2025, yang merupakan hari-hari terakhir sebelum cuti bersama. Ini kemungkinan besar karena aktivitas masyarakat di Jakarta masih tinggi menjelang libur panjang," papar dia.

Namun, menurut Asep, setelah Hari Raya Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025, konsentrasi PM 2,5 kembali meningkat pada H+4 dan H+5, yang menandakan mulai kembalinya aktivitas masyarakat di Jakarta pasca mudik.

"Pola ini penting untuk terus kita pantau setiap tahunnya, agar kebijakan pengendalian emisi bisa lebih tepat sasaran dan waktu," terang dia.

 

Berdasarkan Data dan Informasi

Polusi Udara Jakarta
Secara terperinci, kualitas udara Jakarta di sejumlah titik pemantauan makin mengkhawatirkan. Misalnya, Jeruk Purut, Kemang V, Kemang Dalam IX menjadi top tiga kawasan dengan kualitas dengan indeks masing-masing 251 AQI US, 225 AQI US, dan 198 AQI US. (merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Asep menjelaskan, berdasarkan pengukuran konsentrasi enam jenis polutan udara dari sembilan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di Jakarta, ditemukan bahwa konsentrasi PM 2,5 atau polutan utama penyebab polusi udara di perkotaan mengalami penurunan signifikan saat Hari Raya Idulfitri.

Sebagai upaya wujudkan keterbukaan data terutama kualitas udara, ia pun mengimbau kepada seluruh warga Jakarta untuk melakukan pengecekan kualitas udara secara langsung melalui laman udara.jakarta.go.id, sebagai upaya preventif beraktivitas saat kualitas udara memburuk.

"Dengan mengetahui data dan informasi dari fitur dalam laman tersebut, nantinya warga Jakarta dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil, misalnya selalu gunakan masker bila berada di lokasi dengan tingkat cemaran udara tinggi," tandas Asep.

Sebelumnya, rata-rata kualitas udara Indonesia pada Kamis 3 April 2025, berada dalam keadaan baik dan sedang memasuki tiga hari setelah Lebaran 2025. Data itu berdsarkan sistem pemantauan udara Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

 

Libur Lebaran dan Cuti Bersama, Kualitas Udara Indonesia Hari Ini Kamis 3 April 2025 dalam Keadaan Baik

Langit Biru Hiasi Jakarta
Pria main skateboard saat cuaca cerah di Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)... Selengkapnya

Berdasarkan pantauan di situs Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) dikelola Deputi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLH pada Kamis 3 April 2025 per pukul 14.00 WIB, memperlihatkan 32 stasiun memiliki penilaian kategori sedang dan 42 lainnya memiliki kualitas udara Indonesia yang masuk dalam kategori baik.

Menurut Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara KLH Edward Nixon Pakpahan, kerja kolaboratif sudah dilakukan pihaknya secara intensif, termasuk mengidentifikasi dan menangani sumber pencemar, salah satunya lewat penegakan hukum.

"Kualitas Udara ISPU baik dan sedang dapat dimungkinkan juga oleh sebab aktivitas publik yang menurun intensitasnya karena masa Hari Raya Lebaran atau liburan, baik transportasi di perkotaan maupun industri," ujar Edward, melansir Antara, Kamis 3 April 2025.

Dia mengatakan, kondisi tersebut juga dapat dicapai karena koordinasi dengan kerja lapangan bersama pemerintah daerah untuk pelaksanaan pencegahan dan penanganan pencemaran udara, termasuk membina kegiatan operasional kawasan industri di daerah masing.

Edward pun mengapresiasi kinerja bersama dengan kementerian dan lembaga lain untuk menangani sumber pencemar.

"Salah satunya dengan melakukan uji emisi kendaraan bermotor, termasuk yang dilakukan dengan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta (Pemprov DKJ), Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) baru-baru ini," papar dia.

 

Penegakan Hukum Dilakukan

CFD Polusi Udara Jakarta
Masyarakat menggunakan masker saat berolahraga pada car free day (CFD) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (13/8/2023). Per pukul 06.14 WIB pagi ini, kualitas udara Jakarta terburuk di dunia berdasarkan pantauan situs IQAir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)... Selengkapnya

Untuk penegakan hukum, Edward memberikan contoh bagaimana telah dilakukan penegakan hukum lingkungan. Yaitu, kata dia, berupa penyegelan henti operasi terhadap beberapa kegiatan industri peleburan logam di Tangerang, juga pembakaran terbuka atau sampah ilegal yang operasionalnya menyebabkan pencemaran udara.

"Hal ini dilakukan sebagai maksud efek jera bagi yang bersangkutan dan kegiatan lain di Jabodetabek maupun Nasional untuk benar-benar menjaga operasional yang ramah lingkungan, tidak menyebabkan pencemaran udara," terang dia.

Menurut Edward, berdasarkan situs ISPU KLH, beberapa kota yang kerap memilik kategori kualitas udara tidak sehat seperti Jakarta, pada hari ini masuk dalam kategori sedang.

"Sebagai contoh stasiun di Jakarta Timur memiliki nilai ISPU 53, Kabupaten Bekasi 54, stasiun di Kabupaten Tangerang dengan nilai 72, di Kota Tangerang dengan nilai 47, Kota Tangerang Selatan nilai 39 dan seterusnya. Nilai ISPU tertinggi saat berita ini diturunkan terdeteksi di Kabupaten Sragen," kata dia.

"Kualitas udara masuk dalam kategori baik jika memiliki nilai 0-50, sementara sedang dengan nilai 51-100. Untuk kategori tidak sehat berada dalam nilai 101-200, sangat tidak sehat 201-300 dan kategori berbahaya jika sudah berada di atasi nilai 300, berdasarkan Peraturan Menteri LH nomor 14 tahun 2020," tandas Edward.

Infografis Kualitas Udara di Jakarta Tidak Sehat
Infografis Kualitas Udara di Jakarta Tidak Sehat. (Liputan6.com/Triyasni)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya