Liputan6.com, Kendari - Fenomena elnino di wilayah Indonesia selama 2023, sangat terasa dampaknya hingga di wilayah Sulawesi Tenggara. Salah satunya, kebakaran di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Lokasinya, berada di antara dua kabupaten, Konawe Selatan dan Bombana.
Sejak Januari hingga Oktober 2023, api sudah melahap lahan savana taman nasional hingga mencapai sekitar 1.800 hektare. Kekeringan parah akibat suhu panas meningkat, menyebabkan eskalasi pergerakan api dengan cepat merambat dan melalap lahan disekitarnya.
Kondisi ini, mengalami peningkatan dua kali lebih banyak dibanding 2022. Tahun lalu, kebakaran hutan di wilayah taman nasional mencapai sekitar 900 hektare.
Advertisement
Hal ini disampaikan kepala Taman Nasional Rawa Aopa Ali Bahri, Selasa (30/10/2023). Dia merinci, Oktober 2023 ada 5 kasus kebakaran hutan. Kata dia, hampir setiap minggu terjadi kasus kebakaran.
"Kebakaran hutan di taman nasional, terus bertambah setiap tahun," ujar Ali Bahri, Selasa (30/10/2022).
Kata Ali Bahri, ada sejumlah faktor pemicu kebakaran hutan terjadi di Taman Nasional. Pertama, kondisi elnino menyebabkan suhu panas di wilayah rawa aopa yang didominasi savana dan gambut. Kedua, bahan mudah terbakar banyak terdapat di wilayah taman nasional.
Ketiga, banyak warga atau pengendara melintas yang membuang puntung rokok sembarangan. Hal ini, menyebabkan sejumlah kasus kebakaran tiba-tiba hingga menyebabkan kabut asap dan terganggunya jalur transportasi darat, Bombana-Konawe Selatan-Kendari.
"Puntung rokok bekas yang masih menyala, di musim panas jika bertemu alang-alang atau rumput kering, mampu mempercepat proses menjalarnya api," papar Ali Bahri.
Terkait hal ini, pihak Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terus menyosialisasikan pentingnya posisi taman nasional kepada warga sekitar. Saat ini, taman nasional hanya memiliki personel sekitar 30 orang. Jumlah ini dirasakan sedikit. Namun, pihak taman nasional kerap mendapat bantuan Pemda Bombana atau Konawe Selatan serta kepolisian saat memadamkan api.
Taman Nasional Dikepung Kebun Warga
Di sekitar batas terluar Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, terdapat ratusan hektare perkebunan warga. Letaknya, ada pada dua kabupaten di Konawe Selatan dan Bombana.
Lahan perkebunan ini, sudah ada sejak belasan bahkan hingga puluhan tahun lamanya. Pihak taman nasional menilai, pembukaan lahan baru, bisa memicu intensitas kebakaran hutan.
Kepala Taman Nasional Rawa Aopa, Ali Bahri mengungkap, jumlah kebun dan pembukaan lahan baru, ikut berpengaruh terhadap kebakaran hutan.
"Memang taman nasional harus dijaga ketat, sebab kadang ada saja titik api baru padahal sudah dipadamkan anggota dan masyarakat sekitar," kata Ali Bahri.
Kata Ali Bahri, hanya dalam waktu satu jam, titik api baru bisa muncul. Padahal, anggota hanya meninggalkan lokasi untuk istrahat makan siang.
"Kami juga menduga munculnya titik api karena kesengajaan oknum tak bertangung jawab," kata Ali Bahri. Diketahui, jumlah kasus kebakaran hutan di wilayah Sulawesi Tenggara terus mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahun. Tercatat dalam data Manggala Agni Daops Tinanggea, tahun 2019 ada sebanyak 1614,05 hektare jumlag kebakaran hutan. Pada 2020, ada sebanyak 960 hektare.
Pada tahun 2021, kebakaran hutan sebanyak 576,91 hektare. Daerah terbanyak, berada di Konawe Selatan. Sedangkan tahun 2022, ada sebanyak 295 hektare hutan terbakar. Jumlah paling banyak juga terjadi di Konawe Selatan.
Advertisement