Liputan6.com, Beograd - Ribuan pengunjuk rasa beraksi di Serbia pada Senin (24/3/2025) menentang rencana mengubah bekas markas militer yang hancur akibat bom NATO menjadi kompleks mewah yang didanai oleh perusahaan milik menantu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Jared Kushner.
Para pengunjuk rasa di Beograd menuntut agar status lama gedung itu sebagai situs warisan dikembalikan dan rencana proyek pembangunan dibatalkan. Pemerintah Serbia tahun lalu menyetujui kontrak senilai jutaan dolar dengan Kushner untuk membangun kompleks tersebut, termasuk sewa tanah selama 99 tahun di pusat kota Beograd. Demikian seperti dilansir AP.
Baca Juga
Demo pada Senin merupakan bagian dari gerakan anti-korupsi di Serbia yang dimulai setelah atap dak beton di pintu masuk stasiun kereta di Kota Novi Sad ambruk pada November lalu, menewaskan 16 orang. Kritikus menyalahkan kecelakaan itu pada korupsi pemerintah, kelalaian, dan pengabaian aturan keselamatan konstruksi selama renovasi.
Advertisement
Hari Senin juga bertepatan dengan peringatan untuk korban pengeboman selama 78 hari yang dimulai pada 24 Maret 1999. Warga Serbia masih marah atas perang udara NATO yang dipimpin AS, yang dilancarkan untuk menghentikan tindakan keras Beograd terhadap separatis etnis Albania di Kosovo.
Pembangunan di lokasi tersebut akan mencakup hotel, apartemen mewah, ruang kantor, dan toko, serta memorial untuk korban pengeboman.
Arsitek, insinyur, dan partai oposisi Serbia menentang kesepakatan dengan Kushner, sementara Presiden Aleksandar Vucic dan pemerintahnya membela rencana tersebut sebagai cara untuk memodernisasi ibu kota.
Demonstrasi yang hampir terjadi setiap hari di Serbia mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap pemerintahan Vucic dan Partai Progresif Serbia yang berhaluan kanan selama lebih dari satu dekade, yang dituduh kritikus membungkam kebebasan demokrasi serta memicu korupsi dan nepotisme.
Vucic merupakan pendukung Trump. Dia juga menjalin hubungan erat dengan China dan Rusia serta menolak bergabung dengan sanksi Barat terhadap Moskow, meski secara formal berupaya agar Serbia bergabung dengan Uni Eropa.