Angka Kemiskinan Ekstrem di Jatim Turun Selama Tiga Tahun Terakhir

Angka penurunan kemiskinan ekstrim dibawah kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa sebesar 3,58 persen

oleh Dian Kurniawan diperbarui 01 Des 2023, 10:43 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 01:00 WIB
Angka Kemiskinan Ekstrem di Jatim Turun Selama Tiga Tahun Terakhir
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Angka kemiskinan di Provinsi Jawa Timur tercatat mengalami penurunan signifikan. Prestasi tersebut menjadi alasan pemerintah memberikan penghargaan Insentif Fiskal kepada Pemprov Jatim.

Data yang didapat, angka penurunan kemiskinan ekstrim dibawah kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa sebesar 3,58 persen atau 1.480.140 jiwa selama tiga tahun terakhir mulai tahun 2020-2023.

Kemiskinan ekstrem di Jatim turun drastis dari 4,4 persen atau setara 1.812.210 jiwa pada 2020 menjadi 0,82 persen atau 331.980 jiwa pada Maret 2023.

Penghargaan insentif fiskal ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Emil Elistianto Dardak yang mewakili Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

Penghargaan diberikan dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis (9/11/2023) lalu.

"Alhamdulillah kita mendapatkan insentif fiskal Rp 6,215 miliar. Insentif ini akan kita gunakan untuk program yang langsung diterima oleh Masyarakat miskin. Misalnya Padat karya tunai, pengadaan air bersih di desa rawan kekeringan, pasar murah untuk menekan inflasi, bantuan langsung tunai untuk penyandang disabilitas dan bantuan permakanan bagi PMKS di Panti Sosial," kata Khofifah, Minggu (12/11/2023).

Menurutnya, capaian tersebut berkat kerja keras, kerja cerdas dan kerja Ikhlas. Sehingga Provinsi Jatim berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem menjadi 0,82 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Info Grafis

Angka Kemiskinan Ekstrem di Jatim Turun Selama Tiga Tahun Terakhir
Info Grafis penurunan angka kemiskinan ekstrem di Jawa Timur. (Istimewa)

Khofifah mengaku optimis angka kemiskinan ekstrim terus menurun sehingga mampu mencapai target menuju kemiskinan ekstrem 0 persen di akhir tahun 2024.

"Banyak program yang digerakkan Pemprov Jatim untuk mengatasi kemiskinan agar berjalan efektif," katanya.

Menurut Khofifah, penurunan angka kemiskinan dipengaruhi sejumlah faktor. Seperti pertumbuhan ekonomi jatim pada Triwulan III 2023 (Q to Q) tumbuh impresif sebesar 1,79% di atas nasional dan tertinggi se- Pulau Jawa. 

Selanjutnya juga dipengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 4,88 persen, turun 0,61 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (5,49 persen).

Khofifah mengatakan, Pemprov Jatim menginisiasi Penghapusan Kemiskinan Ekstrem melalui bantuan sosial bagi 22.186 keluarga miskin ekstrem di 15 Kabupaten/Kota.

"Masing-masing keluarga mendapatkan bantuan senilai Rp.1.500.000 yang digunakan sebagai modal usaha," katanya.

Selain itu Pemprov Jatim menginisiasi Program renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Sejak tahun 2019 sd 2023 telah dilakukan renovasi terhadap 33.745 unit rumah dengan total anggaran sebesar 402 Milyar. 


Pendapatan Penduduk Miskin

Program ini bekerjasama dengan Kodam V Brawijaya dan Lantamal V Surabaya, serta Program Elektrifikasi atau penyambungan listrik bagi 16.780 Rumah Tangga Miskin tahun 2019 sampai 2023.

Penurunan kemiskinan di Jawa Timur juga didorong oleh peningkatan pendapatan penduduk miskin yang melalui kegiatan usaha produktif yang didukung adanya permodalan UMKM.

Beberapa program tersebut diantaranya Prokesra dengan plafon maksimal Rp 50 juta per debitur. Terealisasi pinjaman murah bagi 8.941 Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan subsidi bunga.

"Sehingga pelaku usaha ultra mikro dan mikro hanya menanggung beban bunga pinjaman 3 prosen per tahun dengan jangka kredit maksimal 36 bulan," jelas Khofifah.

Kemudian, bantuan usaha untuk pelaku usaha ultra mikro yang diserahkan Khofifah selama tahun 2022 dan 2023 kepada kepada 6.478 pelaku usaha mikro. Nilai antara Rp 600.000,- hingga Rp. 2.200.000 dengan pembiayaan dari Baznas Provinsi Jatim.

"Penyaluran BLT Dana Desa 2023 per November 2023 telah disalurkan kepada 308.155 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) senilai Rp.935,075 Milyar (84,29%). Dana Desa untuk BLT minimal 10 persen dan maksimal 25 persen untuk Keluarga kategori Desil 1 data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE)," sebutnya.

Selain itu juga Penyaluran PKH triwulan 2 tahun 2023 mencapai 99,40 persen atau sebesar 1.512.592 keluarga penerima manfaat. Dari total target 1.521.705 keluarga penerima manfaat dengan nominal bantuan Rp. 1,121 Trilyun.


Berdayakan Masyarakat Desa

Penurunan kemiskinan seiring dengan keberhasilan Jawa Timur meningkatkan status kemandirian desa. Berdasarkan Keputusan Menteri Desa PDTT RI nomor 174 tahun 2023 tentang status kemajuan dan kemandirian desa tahun 2023, jumlah desa mandiri di Jatim tercatat sebanyak 2.800 desa dengan status mandiri, 3.674 desa maju, dan 1.247 desa dengan status berkembang. 

"Dengan demikian, Jatim menjadi penyumbang desa mandiri terbanyak dibanding provinsi lain. Dari total 11.456 desa mandiri di Indonesia, 24,44 persen atau 2.800 desa mandiri ada di Jatim," kata Khofifah.

Jumlah desa mandiri di Jatim pada 2023 naik drastis dibanding tahun 2022 sebelumnya. Saat itu tercatat hanya ada 1.490 desa mandiri di Jatim. 

"Tahun ini jumlahnya bertambah 1.310 desa mandiri menjadi 2.800 desa atau naik 88 persen. Ini prestasi luar biasa," tegasnya.

Menurut Khofifah, capaian tersebut sejalan dengan upaya Pemprov Jatim terus membangun dan memberdayakan masyarakat desa melalui berbagai program dan kegiatan baik dari pemerintah pusat, provinsi serta kabupaten dan kota. 

Capaian tersebut menurut Khofifah juga sejalan dengan upaya Pemprov Jatim untuk terus mengurangi disparitas antara desa dan kota, terutama masalah kemiskinan. 

Sebagaimana diketahui, kemiskinan perdesaan hampir 2 kali lipat lebih tinggi dibanding perkotaan. Pada September 2018 disparitas kemiskinan desa - kota mencapai 8,24 persen, sementara pada Maret 2023 sudah menyempit menjadi 6,48 persen. 

"Semoga tahun ini, disparitas kemiskinan desa dan kota di Jatim terus menyempit. Kami tidak akan menyurutkan upaya menurunkan kemiskinan. Sebaliknya ke depan kita akan lebih giat sehingga menjadikan Jatim zero kemiskinan ekstrem," pungkas Khofifah.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya