Liputan6.com, Jakarta - Pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi sorotan utama dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini telah memunculkan kekhawatiran mendalam terhadap masa depan planet kita.
Perubahan iklim dipicu oleh perilaku manusia seperti emisi gas rumah kaca, deforestasi, dan penggunaan bahan bakar fosil. Akibatnya, suhu bumi terus meningkat, menciptakan efek domino yang mengubah pola cuaca, meningkatkan tingkat air laut, dan mengancam ekosistem alami.
Membangun acara prestisius yang diadakan pada 10 Desember di Zona Biru Paviliun Indonesia COP28 di Dubai merupakan bentuk dari bagian integral dari Konferensi Iklim terbesar dan terpenting di dunia.
Advertisement
COP28 merupakan pertemuan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertujuan membahas masalah-masalah perubahan iklim. Pada tahun ini, pertemuan ini merupakan rangkaian ke-28 dari Konferensi Para Pihak/ Conference of the Parties (COP). Acara COP28 ini dimulai dari 30 November-12 Desember 2023.
Para pemimpin dunia berdiskusi tentang strategi untuk membatasi dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan iklim di masa depan. Konferensi Para Pihak ini merujuk pada negara-negara yang telah menandatangani perjanjian iklim PBB pada tahun 1992, dan mereka bersatu untuk membahas isu-isu tersebut.
Peran Utama Knowledge Partner dalam Talkshow
Sesi talkshow yang didukung oleh Equatorise sebagai Knowledge Partner menjadi panggung bagi pembeberan peluang perdagangan karbon di Indonesia. Dipandu langsung oleh Steven Marcelino yang merupakan Delegasi Aktif Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) di COP28, Managing Partner dan CEO Equatorise Advisory.
Sesi yang bertajuk "Unleash the Potential: Exploring Carbon Trade Opportunities in Indonesia" ini dihadiri oleh investor, pemimpin bisnis, dan pembuat kebijakan dari negara-negara G20 dan Timur Tengah.
Silverius Oscar Unggul, Vice Chairman of Environment and Forestry at KADIN, serta Director of Indika Nature memberikan kata sambutan bersama dengan Dirk Forister, President and CEO of the International Emissions Trading Association (IETA).
Sementara dalam Panel Diskusi menghadirkan Natalia Rialucky, Founder dan CEO dari Fairatmos dan Andrea Bonzanni, International Policy Director at IETA sebagai pembicara. Adapun sesi ini membahas secara mendalam tentang potensi luar biasa Indonesia dalam domain perdagangan karbon.
Sebagai moderator di sesi talkshow, Steven Marcelino tidak hanya sebagai CEO Equatorise tetapi juga sebagai Delegasi Aktif KADIN Indonesia di COP28. Keahlian dan dedikasinya terhadap isu-isu lingkungan dan perdagangan karbon memberikan wawasan berharga dalam pembukaan peluang bagi Indonesia di panggung internasional.
Lebih lanjut, sesi ini juga mempresentasikan peran ASEAN Alliance on Carbon Market (AACM) yang akan mendorong Pasar Karbon Sukarela di seluruh ASEAN dan mendukung implementasi pasar kepatuhan, yang diluncurkan sebagai bagian dari proyek warisan Keketuaan ASEAN BAC Indonesia pada tahun 2023.
Dalam konteks COP28 Dubai, fokus Indonesia dan Equatorise terletak pada mencari peluang di masa pasca pandemi dan bergerak menuju transisi berkelanjutan yang bebas emisi.
Net Zero and Sustainability Transition menjadi pilar prioritas bagi Equatorise. Hal ini mencerminkan tekad perusahaan untuk aktif berpartisipasi dalam pembangunan solusi berkelanjutan.
Advertisement
Perusahaan Penasihat Internasional di London
Equatorise merupakan perusahaan penasihat swasta internasional yang berbasis di London. Salah satu pilar utama Equatorise yaitu Net Zero and Sustainability Transition yang turut memperkenalkan potensi pasar karbon dan perdagangan karbon di Indonesia dan Asia Tenggara.
Equatoria membantu perusahaan Indonesia untuk memanfaatkan peluang di Inggris dan Uni Eropa, sekaligus berperan sebagai pionir dalam membantu perusahaan serta lembaga dari Inggris dan Uni Eropa untuk berkembang di Indonesia.
Pasar karbon menjadi alternatif dan kunci bagi para perusahaan dan investor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. Dalam mendukung percepatan peluang pasar karbon, Equatorise turut berkontribusi melalui ASEAN Alliance on Carbon Market dan Carbon Centre of Excellence.
Carbon Centre of Excellence (CCoE) adalah sebuah platform pengetahuan dan pusat wawasan yang didedikasikan untuk membantu perusahaan dan lembaga navigasi pasar karbon.
Ini memberikan pemahaman mendalam tentang pasar karbon, kolaborasi antara Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan BloombergNEF, serta menjadi salah satu Program Warisan B20 Indonesia.
Aliansi Baru untuk Perluasan Pasar Karbon di ASEAN
Sebagai bagian dari proyek Keketuaan ASEAN BAC Indonesia 2023, Equatorise dengan bangga menyokong ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM). Aliansi ini bertujuan untuk mempromosikan perluasan Pasar Karbon Sukarela di seluruh wilayah ASEAN dan mendukung implementasi pasar kepatuhan.
AACM akan menjadi motor penggerak ekosistem regional dan menjadi pusat fokus untuk kemitraan internasional, mencakup advokasi kebijakan, pembangunan kapasitas, dan bantuan teknis.
Melalui keterlibatan aktif dalam inisiatif-inisiatif berdampak tinggi ini, Equatorise membuktikan diri sebagai pemangku kepentingan kunci dalam memajukan perdagangan karbon dan keberlanjutan di wilayah Indonesia dan ASEAN.
Untuk mengenal lebih jauh, Anda dapat mengunjungi website https://www.equatorise.com/. Selain itu Anda dapat mengakses informasi di akun media sosial Instagram @equatorise, Twitter @equatorise dan Linkedin https://www.linkedin.com/company/equatorise/.
Advertisement