Ahli Gizi Unpad Sebut Sarapan Bisa Tingkatkan Fungsi Kognitif Otak

Sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif otak, lebih konsentrasi dan fokus.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 03 Feb 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2024, 15:00 WIB
Sarapan (Image by Free-Photos from Pixabay)
Sarapan (Image by Free-Photos from Pixabay)

Liputan6.com, Bandung - Sarapan dinilai bermanfaat bagi tubuh. Ahli gizi menyarankan agar makan di waktu pagi itu tidak diabaikan guna menunjang aktivitas yang akan dilakukan sehari-hari.

Ahli Gizi Universitas Padjadjaran (Unpad) dr. Siska Wiramihardja menyampaikan, setidaknya ada dua manfaat utama sarapan bagi tubuh kita.

Manfaat pertama, jelas Siska, adalah sebagai sumber energi bagi otak. Makan pagi menyediakan zat gizi utama yang dibutuhkan otak setelah habis berpuasa melalui istirahat di malam hari.

“Sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif otak, lebih konsentrasi dan fokus,” tutur Siska dicuplik dari laman Unpad, Jumat, 2 Februari 2024.

Manfaat lainnya, sarapan dinilai bisa melindungi tubuh dari penyakit. Siska menyebutkan, Kemenkes RI sendiri memasukan sarapan sebagai salah satu dari sepuluh pesan gizi seimbang.

Hal tersebut didasarkan, makan pagi menyediakan sekitar 20 persen dari kebutuhan nutrisi harian, sehingga asupan energi, vitamin, dan mineral dapat lebih terpenuhi.

Sarapan memungkinkan tubuh untuk dapat melakukan fungsinya secara optimal, termasuk di antaranya meningkatkan imunitas tubuh.

Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Unpad itu mengatakan, selain dua fungsi di atas, sarapan membantu menjaga suasana hati (mood) sehingga tidak mudah emosi dan tetap tenang selama menjalani ujian.

“Sarapan juga membantu mencapai/menjaga berat badan ideal sehingga dapat menurunkan risiko berbagai penyakit,” terangnya.

Bagaimana Jika Tidak Sarapan?

Beberapa dampak yang ditimbulkan ketika mengabaikan sarapan adalah lambung menjadi kosong terlalu lama. Hal ini akan memicu meningkatnya asam lambung sehingga dapat menimbulkan mual, dan muntah.

Asupan gizi ke tubuh juga akan berkurang, sehingga kadar gula darah menjadi sangat rendah.

“Pada kondisi tertentu dapat menimbulkan gejala timbul keringan dingin, mata berkunang-kunang, lemas, bahkan pingsan,” tutur Siska.

Siska mengatakan, sejumlah penelitian menunjukkan, mereka yang melewatkan sarapan memiliki kadar hormon stres lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang melakukan. Selain itu, melewatkan sarapan dapat mengganggu suasana hati dan menurunkan produktivitas.

Bagi peserta yang sedang menjalani program penurunan berat badan, melewatkan sarapan bukanlah hal bijak. Hal ini akan memudahkan peserta untuk tergoda mengonsumsi makanan olahan tinggi kalori pada jam makan berikutnya.

“Hal ini makin meningkatkan risiko obesitas dan penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, dan lain-lain,” ucap Siska.

Sesuai rekomendasi Kemenkes RI, makan pagi sebaiknya memenuhi pola gizi seimbang dan tidak berlebihan. Siska memaparkan, menu sarapan ideal sebaiknya mengandung bahan makanan sumber karbohidrat, bahan makanan sumber protein hewani dan nabati, serta serat dari sayuran dan buah-buahan.

Ketiga bahan makanan tersebut wajib ada dalam menu makan pagi. Buah-buahan sendiri dapat menjadi makanan atau minuman penutup atau dapat dikonsumsi sebagai camilan.

“Bagi penyuka sereal, dapat memilih rolled oat dengan kandungan kacang dan buah-buahan, dikonsumsi dengan yoghurt, susu, atau dengan salad sayuran,” terangnya.

“Makan dengan menu tidak lengkap sebaiknya dihindari. Misal hanya minum susu saja, tanpa ada sumber karbohidrat atau serat, atau hanya makan roti, kue, mie saja tanpa ada bahan makanan sumber protein dan serat,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya