Kasus TBC Cukup Tinggi, Dinkes Purwakarta Waspadai Penularan Penyakit

Penderita TBC di Kabupaten Purwakarta ternyata jumlahnya cukup memprihatinkan. Dinkes setempat mencatat saat ini sudah ada 5.607 kasus.

oleh Asep Mulyana diperbarui 07 Mar 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 08:00 WIB
Kasusnya Cukup Tinggi, Dinkes Purwakarta Waspadai Penularan Penyakit TBC
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta, Deni Darmawan. Foto (Istimewa)

Liputan6.com, Purwakarta - Penyebaran penyakit Tuberculosis (TBC) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, ternyata cukup memprihatinkan. Data yang ada Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat, hingga 2023 kemarin ada sebanyak 5.607 warga yang terjangkit penyakit berbahaya itu.

Kepala Dinas Kesehatan Purwakarta, Deni Darmawan membenarkan hal itu. Sehingga, sampai saat ini TBC menjadi salah satu penyakit yang diwaspadai jajarannya. Apalagi, penularan penyakit tersebut sangat cepat yang salah satunya menyerang melalui udara.

"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan kondisi kesehatannya. Apalagi, bagi mereka yang memiliki riwayat sesak nafas," ujar Deni kepada Liputan6.com, Selasa (5/2/2024).

Deni menuturkan, TBC masuk ke dalam golongan penyakit berbahaya. Apalagi, TBC kategori MDR (Multi Drug Resistant). Untuk itu, penyebaan penyakit ini perlu diwaspadai. Makanya, pihaknya meminta supaya masyarakat tak malu untuk memeriksakan diri ke dokter.

"Yang paling diwaspadai itu TB-MDR. Karena, penyakit TB kategori ini memerlukan penanganan serius dari tim medis karena cukup sulit diobati," jelas dia.

Menurut dia, penderita TB-MDR itu kebal terhadap obat TB. Sehingga, dalam penangannya perlu metode khusus. Selain itu, TB-MDR ini merupakan penyakit yang memiliki resistensi yang cukup besar, terutama pada orang yang pernah mengidap TB sebelumnya.

"Penderita bisa didiagnosa TB-MDR, jika sudah diperiksa oleh tim medis. Untuk saat ini, dari 5.607 kasus itu ada 44 pasien yang didiagnosa mengidap TB-MDR," kata dia.

Bisa Sembuh Total

Terkait jumlah penderita TBC di wilayahnya, Deni menyadari angkanya cukup tinggi. Meski begitu, angka tersebut merupakan akumulasi dari kasus-kasus tahun sebelumnya, baik yang berdasarkan temuan jajarannya maupun dari hasil laporan di setiap puskesmas dan rumah sakit.

"Jadi, angka tersebut merupakan kasus TBC yang ditemukan dan diobati hingga 2023 kemarin," tambah dia.

Dia menambahkan, penyebaran penyakit TBC ini cukup cepat. Untuk itu, pihaknya berharap supaya masyarakat juga membiasakan kembali pola hidup bersih dan sehat. Karena, cara ini dinilai bisa membentengi diri dari penyakit-penyakit berbahaya seperti TBC.

"Justru yang harus diantisipasi itu penyebarannya. Apalagi kepada anak-anak," seloroh dia.

Deni menambahkan, penyakit TBC bisa disembuhkan secara total asalkan si pasiennya mematuhi pengobatan sesuai aturan dari dokter yang merawat. Dia menyarankan, jika seseorang didiagnosis positif TBC maka diharuskan menjalani pengobatan medis secara kontinyu.

Adapun pengobatannya terbagi menjadi dua. Yakni, selama enam bulan atau sembilan bulan pengobatan. Untuk yang enam bulan, pasien disarankan mengonsumsi obat. Sedangkan, untuk yang sembilan bulan, selain konsumsi obat juga ditambah obat injeksi (suntik).

"Jadi pengobatannya tergantung kondisi TBC yang diidap si pasien tersebut," dia memungkasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya