Chicco Jerikho Jauh-Jauh ke Polda Riau Pertanyakan Perkembangan Kasus Gajah Mati

Kematian gajah Rahman pada awal Januari 2024 lalu belum terungkap sehingga membuat Chicco Jerikho datang ke Polda Riau mempertanyakan penanganan kasusnya oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus.

oleh M Syukur diperbarui 27 Mar 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 13:00 WIB
Gajah Rahman yang merupakan gajah binaan Taman Nasional Tesso Nilo ditemukan tak bernyawa dengan gading sudah hilang.
Gajah Rahman yang merupakan gajah binaan Taman Nasional Tesso Nilo ditemukan tak bernyawa dengan gading sudah hilang. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kematian gajah Rahman pada awal Januari 2024 lalu belum terungkap. Hal ini membuat Chicco Jerikho datang ke Polda Riau mempertanyakan penanganan kasusnya oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus.

Artis sekaligus pemerhati lingkungan itu berharap kasus gajah mati terungkap sampai ke akar-akarnya. Dia bersama aktivis World Wildlife Fund (WWF) For Nature membawa petisi dari masyarakat.

"Ada 10.000 terkumpul dari petisi masyarakat, ini bukti bahwa kami semua mendukung Polda Riau dalam rangka penyelidikan ini," kata Chicco.

Chicco menjelaskan, tahun 2024 ada sejumlah gajah mati secara tidak wajar. Gajah Rahman diharap menjadi terakhir dalam rentetan kasus yang kian mengancam keberadaan satwa bongsor tersebut.

"Gajah Rahman mati di kawasan konservasi," katanya.

Terpisah, Kepala Subdit IV Reserse Kriminal Khusus Polda Riau Komisaris Nasruddin menyebut pihaknya sudah meminta keterangan 12 saksi. Penyidik juga berkoordinasi dengan dokter hewan yang menangani langsung kematian gajah Rahman.

Penyidik juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Penyidik menggunakan dua pola pengusutan.

Pertama eksternal, yaitu kepolisian melakukan pendalaman lewat pihak eksternal atau masyarakat yang berada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo.

"Kami juga melakukan pemeriksaan internal, yaitu mahout atau pawang gajah Rahman dan gajah lainnya," tuturnya.

 

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perambah Hutan

Nasruddin berujar, satu bulan sebelum kematian Gajah Rahman, pihaknya mendapat informasi bahwa ada perambahan hutan di kawasan TNTN.

Modusnya, perambah hutan menebang pohon dan membuatnya sebagai hambatan di akses jalan yang digunakan polisi kehutanan sehingga petugas akan sulit menjangkau lokasi perambahan.

"Gajah Rahman ini sangat berperan saat itu, membantu membersihkan pohon-pohon yang sengaja ditumbangkan perambah hutan sehingga petugas bisa melakukan penertiban," jelas Nasruddin.

"Ini menjadi suatu kemungkinan juga bahwa diduga pelaku bisa dari eksternal, dari luar," imbuh dia.

Polda Riau juga menggunakan penyelidikan lewat Informasi dan Teknologi.

"Secepatnya, Insyaallah kami tangkap pelakunya, kami sudah dapat informasi, tinggal kami mendalami saja, ketika gading ini terjual, atau keluar dari daerah tersebut, langsung kami akan tangkap," ulasnya.

 

Gading Terpotong

Sebelumnya, Kepala TNTN Heru Sutmantoro mengatakan, kematian gajah Rahman bermula saat pawang bernama Jumadi, memanggil sembari membawa buah. Namun tak seperti biasanya, gajah Rahman tak merespon.

"Setelah didekati, gajah Rahman ditemukan dalam kondisi tergeletak lemas dan gading sebelah kiri sudah terpotong dan hilang," kata Heru.

Kejadian tersebut kemudian segera dilaporkan ke koordinator mahout. Dari hasil pengecekan, petugas tak menemukan jejak barang tertinggal yang diduga digunakan oleh pemburu untuk melumpuhkan gajah Rahman.

Disebutkan Heru, diduga kuat gajah berusia 46 tahun tersebut diracun terlebih dahulu. Setelah tak berdaya, baru gadingnya dipotong.

Petugas sempat memberikan penanganan berdasarkan petunjuk dokter hewan Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, dengan memberikan obat pencahar, susu dan gula cair menggunakan selang. Namun gajah Rahman tak tertolong dan mati.

Tim dokter hewan BBKSDA Riau telah melakukan tindakan nekropsi atau bedah bangkai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya