Peran Perempuan dalam Peningkatan Literasi Digital di Indonesia

Kecakapan digital diharapkan dapat memotivasi dan memberikan inspirasi kepada para perempuan untuk aktif di ruang digital.

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 17 Apr 2024, 23:47 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2024, 23:29 WIB
Perempuan Digital
Ilustrasi. Dok. Risa Kosasih

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perkembangan dunia digital, perempuan diharapkan dapat memainkan peran yang signifikan. Hal tersebut untuk memberikan dampak positif demi mencapai kesetaraan gender, sekaligus membantu meningkatkan literasi dan inovasi digital.

Untuk mendorong keterlibatan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus memberikan edukasi terkait literasi digital. Salah satu upayanya, melalui Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD).

Koordinator Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bali, Indria Trisni Puspita mengatakan perempuan saat ini harus memiliki pemahaman mengenai kecakapan digital. Sebab, perubahan gaya hidup di zaman modern yang membuat prilaku manusia serba cepat.

"Peluang di jaman digital seperti virtual assistant, data analyst, graphic designer, content creator, influencer, dan digital startup founder,"ujar Indria Trisni Puspita, Rabu (17/04/2024).

Selain itu, kecakapan digital juga diharapkan dapat memotivasi dan memberikan inspirasi kepada para perempuan untuk aktif di ruang digital. Bahkan saat ini banyak pelatihan untuk pemberdayaan perempuan dilangsungkan secara daring lewat ruang digital.

Menunutnya, perkembangan teknologi memiliki sisi negatif dan positif. Jika teknologi berada di tangan yang tepat akan memberikan manfaat. Namun jika berada di pihak yang tidak tepat, akan menjadi permasalahan baru salah satunya kejahatan digital.

"Setiap platform itu ada ilmunya, cara optimasi dan algoritmanya berbeda. Jadi usahakan sebelum memilih platform tolong pelajari terlebih dahulu," tambahnya.

Penetrasi Internet di Indonesia

Literasi Digital
Tangkapan layar Kominfo

Sementara itu, Rektor Universitas Putra Indonesia, Astri Dwi Andriani mengatakan dari data Kominfo tahun 2018 sebanyak 20% perempuan Indonesia menggunakan akses internet. Bahkan dari 210 juta orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu sebanyak 8 jam 36 menit perharinya dengan internet.

"Tingkat penetrasi internet di Indonesia sebesar 77,02%, sementara pada perempuan hanya 20%. Berarti sisanya itu laki-laki," ungkap Astri Dwi Andriani.

Namun sayangnya, tingginya penetrasi internet juga dibarengi dengan banyaknya penyebaran informasi bohong yang bertebaran di media sosial. Maka dari itu, ia mengajak terutama bagi para perempuan untuk memutus mata rantai penyebaran hoax.

"Sebuah era di mana pendapat masyarakat tidak lagi dibentuk oleh fakta dan rasio, melainkan oleh sentimen dan kepercayaan. Hal ini terjadi karena gelombang informasi yang terlalu banyak tapi tingkat literasi digitalnya rendah," terangnya.

Hal senanda dikatakan oleh, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik selaku tokoh masyarakat Bali. Menurutnya, literasi digital menjadi suatu keterampilan yang sangat penting dimiliki oleh perempuan untuk meningkatkan indeks literasi digital masyarakat Indonesia.

"Perempuan harus menjadi jendela untuk keluarga dan anaknya. Maka gunakan internet menuju ruang kebaikan," Ni Luh Putu menimpali.

Ia juga mengajak para perempuan untuk bijak dalam mengunakan internet dengan memperhatikan norma yang ada. Salah satu upayanya dengan cara membagikan ide kreatif sehingga dapat menambah nilai ekonomi dan mata pencaharian bagi sekitar.

"Perempuan harus dapat menjadi pelopor etika berinternet anti hoax, salah satunya melalui keluarga dan lingkungan sekitar,"pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya