Liputan6.com, Yogyakarta - Setiap 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Peringatan ini menjadi momen untuk meningkatkan pemahaman dan memberikan dukungan penuh bagi para penyintas lupus.
Lupus merupakan jenis penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan sel sehat. Lupus menyebabkan sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan peradangan.
Salah satu penyebab lupus adalah faktor genetik. Namun, penyebab lainnya bisa berasal dari pola hidup yang tidak sehat. Lupus dapat memberikan dampak yang lebih parah pada tubuh, seperti menyebabkan kerusakan ginjal, gangguan pada otak dan sistem saraf pusat, kelainan darah, serta serangan jantung.
Advertisement
Baca Juga
Kehadiran Hari Lupus Sedunia merupakan upaya agar masyarakat memahami penyebab dan dampaknya. Selain itu, peringatan ini juga menjadi wadah dukungan bagi para penyintas lupus.
Mengutip dari berbagai sumber, sebelum Hari Lupus Sedunia resmi dibentuk, sejarah peringatan ini berawal pada 1977. Saat itu, Bulan Peduli Lupus diperingati sebagai Pekan Peduli Lupus Nasional. Kemudian, peringatan itu dipindahkan dari September ke Oktober.
Selanjutnya pada 2004, Hari Lupus Sedunia mulai dibentuk. Peringatan itu dibentuk oleh Komunitas Lupus di Kanada.
Awalnya, gerakan tersebut berfokus untuk menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit autoimun. Sampai akhirnya, peringatan Hari Lupus Sedunia mulai meluas hingga ke-13 negara.
Pada 2009, Bulan Lupus Sedunia mulai diperingati sepanjang Mei. Hal ini tak lepas dari upaya Yayasan Lupus Amerika.
Hari Lupus Sedunia juga identik dengan warna ungu. Warna ini dipilih karena dianggap menenangkan pikiran dan saraf, membangkitkan semangat, dan memberikan keberanian untuk bertarung. Selain itu, warna ungu diartikan sebagai simbol perjuangan dalam meretas dampak negatif dari lupus.
Penulis: Resla