Liputan6.com, Jakarta Puluhan sopir truk terjebak di jalur jalan trans sulawesi hingga Jumat (10/5/2024). Kondisi ini terjadi akibat putusnya jalan trans-Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Salah seorang sopir truk pengangkut solar, Samuri mengatakan saat ini dia dan rekannya sudah 4 hari terjebak banjir. Dia ditugaskan perusahaan, membawa minyak solar dari Desa Lameruru untuk operasi pertambangan dan kebutuhan masyarakat di wilayah Kecamatan Routa.
"Seharusnya, saya sudah tiba sejak Senin (6/5/2024)," ujar Samuri.
Advertisement
Kata Samuri, dia membawa sebanyak 32 ribu liter solar. Satu liter, seharga Rp 6.800. Total harga keseluruhan solar yang dimuat yakni Rp 217 juta.
Dalam sehari, dia bisa dua kali bolak-balik mengantar di Desa Lameruru-Routa Konawe Utara. Namun, karena banjir, dia dan rekannya tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu.
"Hitung saja, dalam sehari saya sudah harus antar Rp 434 juta solar. Tapi ini sudah empat hari saya tak bisa buat apa-apa," ujar Samuri.
Selain Samuri, ada belasan sopir truk lainnya yang ikut terjebak banjir. Mereka rata-rata akan melanjutkan perjalananan ke Morowali dan wilayah Provinsi Sulawesi Tengah lainnya.
Beberapa di antaranya, memuat logistik untuk rumah sakit dan barang-barang berupa untuk kebutuhan operasional pertambangan di wilayah Konawe Utara. Namun, saat ini mereka terjebak banjir Konawe Utara.
Petani Gagal Panen
Jalan Trans Sulawesi penghubung Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, putus akibat banjir. Sejak Minggu (5/5/2024), kendaraan roda dua dan empat, sudah kesulitan melintas.
Hingga Jumat (10/5/2024), sudah ada enam kendaraan roda empat terjebak di lokasi banjir Kelurahan Linomoyo Kecamatan Oheo. Mereka memaksa melintas dan terjebak di tengah jalur dengan ketinggian air mencapai 2,5 meter.
Hingga saat ini, pihak BPBD belum bisa mengevakuasi kendaraan terjebak. Sebab, memerlukan alat berat dan kondisi medan masih sangat sulit ditembus.
Hingga saat ini, warga dan pengendara roda dua dan empat, masih berupaya menembus jalan putus. Mereka menggunakan pincara, rakit buatan dari drum bekas.
Armin (29), salah seorang penarik pincara (rakit buatan) mengatakan, untuk mengevakuasi mobil terjebak, memerlukan mesin yang kapasitasnya lebih besar.
"Harus dobel sampai 6 atau tujuh mesin karena itu mobil truck. Untuk mobil minibus atau motor, satu mesin saja," ujar Armin.
Sekitar 30 kilometer dari Oheo, sebuah perkampungan juga ikut terendam banjir. dua Desa Puuwanggudu dan Puuwanggudu Raya.
Kepala Desa Puuwanggudu, Jumran Amin, menyatakan banjir bertepatan dengan waktu panen padi dan sayur-sayuran. Dia memastikan, seluruhnya gagal dipanen.
Kata Jumran, banjir merendam sekitar 150 hektar sawah. Luas lokasinya, dimiliki 180 orang petani.
Lebih lanjut, Jumran menambahkan bahwa ini adalah hari kesepuluh desa mereka terendam banjir. Kata dia, ketinggian air mencapai 1,5 hingga 2 meter di beberapa rumah.
"Jumlah sementara, 91 rumah terendam banjir. Ada 142 kepala keluarga yang terdampak langsung," kata Jumran.
Dia memaparkan, sebanyak 482 jiwa mengungsi. Beberapa dari mereka sudah dievakuasi di hunian tetap (Huntap). Sisanya, tinggal di hunian sementara.
Advertisement