Tingkatkan Jumlah Rute Baru di BIJB Kertajati, Pemerintah Jabar Upayakan Turunkan Biaya Avtur

Untuk menurunkan biaya avtur, Pemprov Jabar berencana mengambil langsung avtur melalui jalur Balongan dalam upaya memotong rantai distribusi.

oleh Arie Nugraha diperbarui 17 Mei 2024, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2024, 19:00 WIB
Berwisata di Bandara Kertajati
Pengunjung berfoto di area keberangkatan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat (30/1/2022). Seperti diketahui, Bandara Kertajati belum melayani perjalanan penumpang dan hanya dioperasikan sebagai terminal kargo pada Selasa-Jumat. (merdeka.com/Iqbal S. N

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) mengupayakan menurunkan biaya avtur di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Kabupaten Majalengka, untuk meningkatkan jumlah rute penerbangan.

Apalagi saat ini kata Penjabat (Pj) Gubernur Jabar, Bey Machmudin, merupakan pelaksanaan keberangkatan haji yang dianggap cocok sebagai tahapan awal pemotongan harga avtur.

"Karena ini momentum haji, kami saat ini sedang berusaha menurunkan biaya avtur di Bandara Kertajati," ujar Bey.

Bey menjelaskan, biaya avtur dengan selisih Rp1.000 akan mendorong minat maskapai untuk membuka rute penerbangan baru di Kertajati.

"Penerbangan di Kertajati masih sedikit, dengan penurunan avtur ini, seribu rupiah saja, sudah sangat membantu untuk menarik rute-rute (penerbangan) baru," kata Bey.

Untuk menurunkan biaya avtur, Bey menjelaskan pihaknya telah memikirkan untuk mengambil langsung avtur melalui jalur Balongan dalam upaya memotong rantai distribusi.

Saat ini biaya avtur di Kertajati yakni Rp14.000 sementara di Cengkareng ada di angka Rp13.000.

"Kami memikirkan untuk mengambil langsung dari jalur Balongan yang ada di pipa-pipa itu," ucap Bey.

Bey menyebut pihak pertamina menyambut baik, dan akan membantu Pemprov Jabar. Tetapi saat ini suplai dari Balongan membutuhkan jaringan baru.

"Nanti apakah akan buat baru, kami meminta (bantuan) agar Pertamina yang buat. Respons Pertamina baik, akan membantu," sebut Bey.

 

Keberangkatan Jemaah Haji di BIJB

Sebelumnya, tiga kloter jamaah haji asal Provinsi Jawa Barat (Jabar) telah berangkat ke Madinah, Arab Saudi, yakni Kloter Bekasi dan Garut dari Embarkasi Jakarta - Bekasi, Sabtu (11/5/2024) malam serta Kloter Subang dari Embarkasi Kertajati di Bandara Internasional Kertajati (BIJB), Kabupaten Majalengka, Ahad (12/5/2024).

Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin Total jemaah haji asal Jabar yang akan menunaikan ibadah haji tahun 2024 berjumlah 38.723 orang ditambah kuota tambahan sebanyak 1.474 orang terbagi dalam 72 kloter. Jabar menjadi penyumbang jemaah haji terbanyak di Indonesia.

"Alhamdulillah hari ini kita melepas kloter pertama dari Kertajati dan ini merupakan yang ketiga dari Jawa Barat," ujar Bey saat Machmudin melepas keberangkatan jemaah haji BIJB, Kabupaten Majalengka, Jabar, Ahad (12/5/2024).

Bey menyebutkan jamaah Kloter Subang berjumlah 440 orang berangkat pukul 09.30 WIB menuju Madinah, Arab Saudi. Kloter Subang menjadi bagian dari sejarah penting karena yang pertama dari Jabar diberangkatkan dari Embarkasi Kertajati.

Secara provinsi, Kloter Subang merupakan yang ketiga dari total 72 kloter Jabar. Dari Embarkasi Kertajati rencana akan diberangkatkan 30 kloter, sisanya di Embarkasi Jakarta-Bekasi. Sebelum Subang, Bey melepas jemaah kloter pertama Jabar yakni Kloter Bekasi dan Garut dari Embarkasi Jakarta-Bekasi, Sabtu (11/5/2024) malam.

"Kita doakan bersama, para jemaah diberikan kelancaran dalam beribadah dan selamat sampai tujuan," ucap Bey.

Selain itu, Bey juga memastikan sejauh ini tidak ada kendala apapun untuk pelayanan penerbangan haji dari Bandara Kertajati.

"Semuanya baik, untuk keberangkatan hari ini dari kertajati cukup baik, pelayanan dari betugas juga ramah dan baik," kata Bey.

 

Tantangan Pengelola Bandara BIJB

Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati Majalengka masih sepi dari aktivitas penerbangan pada umumnya. Padahal, infrastruktur hingga sarana prasarana serta fasilitas telah disediakan oleh pihak bandara.

Vice Presiden BIJB Kertajati Arie Widodo mengaku ada beberapa faktor yang menjadikan bandara masih minim peminat. Baik dari penumpang maupun maskapai yang enggan landing di Bandara Kertajati.

"Terhitung setelah pandemi Covid-19 ya. Kalau sebelum pandemi dunia penerbangan sedang jaya-jayanya," kata Arie Widodo usai menghadiri Saresehan West Java Economic Society (SWJES) di Kantor Bank Indonesia Cirebon, Selasa (30/4/2024).

Arie mengatakan, Bandara Kertajati sempat ramai setelah pemerintah resmi memindahkan seluruh maskapai komersialnya dari Bandara Husein Bandung. Apalagi setelah Tol Cisumdawu beroperasi, jarak dari Bandung menuju bandara semakin dekat.

Arie menyebutkan, 52 persen pasar penumpang Bandara Kertajati berasal dari Bandung. Namun, kondisinya saat ini masih minim peminat karena ada harga yang lebih kompetitif.

"Selain Kertajati ada bandara Halim dan Soetta. Dari Bandung ke Halim via tol bisa sampai Rp 67 ribu. Sedangkan dari Bandung ke Kertajati via tol bisa sampai Rp 92 ribu jadi belum kompetitif dan ada tantangan tersendiri bagi Kertajati," kata Arie.

Selain itu, Arie mengatakan, kebutuhan yang dominan lainnya adalah memastikan harga bahan bakar avtur setara dengan bandara di Cengkareng. Sejauh ini, kata dia, terjadi selisih harga avtur antara Bandara Kertajati dan Soetta.

 

Selisih Harga Avtur

Ia menyebutkan, harga avtur yang dijual Pertamina di Bandara Kertajati di kisaran Rp 14 ribuan per liter. Sementara harga avtur di Bandara Cengkareng sekitar Rp 13 ribuan dan terjadi selisih Rp 1.113 per liter.

"Meski selisihnya sudah turun dibanding 3 tahun lalu tapi menurut kami masih tidak kompetitif," ujar Arie.

Oleh karena itu, Ia mengusulkan agar satu harga dan menerapkan sistem yang saling mensubtitusi. Ketika tidak ada penerbangan di Kertajati maka bisa lewat Soetta begitu juga sebaliknya.

Arie optimis akan ada solusi dari beberapa persoalan yang menjadi tantangan Bandara Kertajati.

Kepala BI Jawa Barat Muhammad Nur mengaku siap memfasilitasi pertemuan dengan Pertamina Balongan terkait penyesuaian harga avtur di BIJB Kertajati agar setara dengan di Bandara Soetta.

"Dulu memang ada gap harga yang tinggi antara avtur yang diterima BIJB Kertajati dan Soetta. Lalu kita lakukan sinergi kolaborasi dengan Pertamina Balongan dan ternyata bisa disesuaikan sehingga yang semula selisin Rp 2000 an per liter menjadi Rp 1.113 per liter," ujarnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, BIJB Kertajati minta difasilitasi kembali pertemuan dengan Pertamina terkait permintaan kesetaraan harga avtur dengan dengan bandara lain.

Merespons usulan tersebut, Muhammad Nur menyanggupi untuk menggelar pertemuan antara BIJB Kertajati dengan Pertamina Balongan. Pertemuan tersebut akan digelar secepatnya.

"Kami siap lakukan itu apalagi untuk kepentingan masyarakat luas," kata Muhammad Nur.

 

Bahan Bakar Avtur

Dicuplik dari laman Pertamina, terdapat beragam jenis bahan bakar untuk pesawat, akan tetapi bila ditanyakan kepada masyarakat pada umumnya, biasanya akan dijawab adalah bahan bakar avtur.

Adapula yang mengatakan bahan bakar pesawat ialah avtur atau disebut juga sebagai bensol, di mana nyatanya hal tersebut merupakan suatu kesalahan yang umum bagi sebagian orang.

Yaitu perlu diketahui bahwa avtur memang merupakan salah satu jenis dari bahan bakar yang dipergunakan untuk pesawat, akan tetapi pada dasarnya bahan bakar untuk pesawat itu tergantung pada mesin yang dipakai yaitu dari jenis pesawat itu sendiri.

Pada bahan bakar jenis bensol, yang biasa disebut juga oleh sebagian masyarakat umum sebagai bahan bakar avtur pada dasarnya ialah merupakan avgas.

Di mana avgas atau Aviation Gasoline tersebut termasuk ke dalam salah satu jenis bahan bakar untuk pesawat dengan jenis mesin piston.

Sedangkan untuk bahan bakar avtur atau Aviation Turbine Fuel ialah termasuk juga ke dalam bahan bakar untuk pesawat dengan jenis mesin turbin ataupun juga mesin jet. Oleh karena itu, bensol maupun avgas merupakan hal yang berbeda dengan avtur.

Berbeda dengan jenis avgas di mana avgas digunakan untuk pesawat dengan mesin berpiston, sedangkan bahan bakar avtur dipergunakan untuk pesawat dengan mesin turbin atau juga mesin jet.

Selain itu, avgas diolah dari bensin, sedangkan Avtur didapat dari proses pengolahan kerosene atau minyak tanah, dengan perbedaan dari minyak tanah yang biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari yaitu hanya pada kebersihan dan titik didih serta flash point nya.

Mengenai sejarah dari bahan bakar avtur itu sendiri dimulai pada awal abad ke-20, ketika pesawat pertama mulai dikembangkan dan dioperasikan.

Pada awalnya, pesawat ditenagai oleh mesin uap dan mesin diesel, tetapi pada tahun 1930-an, mesin pesawat mulai beralih ke penggunaan mesin jet.

Bahan bakar avtur pertama kali dikembangkan pada tahun 1940-an, ketika pesawat tempur dalam Perang Dunia II membutuhkan bahan bakar yang lebih efisien dan berkualitas tinggi.

Pada saat itu, bahan bakar avtur dihasilkan dari distilasi minyak bumi dan mengandung sekitar 100 oktan.

Selama beberapa dekade berikutnya, penggunaan pesawat terus berkembang pesat, dan bahan bakar avtur menjadi semakin penting. Untuk memenuhi kebutuhan ini, teknologi produksi bahan bakar avtur terus berkembang.

Bahan bakar avtur saat ini diproduksi melalui proses fraksinasi minyak bumi yang rumit dan membutuhkan standar kualitas yang tinggi untuk memastikan keselamatan dan kehandalan penerbangan.

Pada akhir 1960-an, bahan bakar avtur dengan kualitas lebih tinggi mulai dikembangkan, seperti bahan bakar JP-4 dan JP-5, yang mampu meningkatkan performa dan efisiensi mesin pesawat.

Saat ini, bahan bakar avtur yang umum digunakan di dunia adalah Jet A dan Jet A-1, yang mengandung sekitar 8-16 oktan dan memenuhi standar kualitas yang ketat untuk memastikan keselamatan dan keandalan penerbangan.

Bahan bakar avtur mengandung sejumlah zat yang dibutuhkan oleh mesin jet agar dapat bekerja dengan baik dan aman.

Kandungan bahan bakar avtur dapat bervariasi tergantung pada jenisnya, namun secara umum, bahan bakar avtur mengandung campuran hidrokarbon yang dihasilkan dari fraksinasi minyak bumi.

Campuran ini biasanya terdiri dari beragam molekul yang lebih ringan dan lebih mudah menguap, seperti heksana dan oktana, yang memiliki titik didih rendah sehingga lebih mudah terbakar dan menghasilkan tenaga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya