Apa Itu Ketindihan? Berikut Penjelasannya dari Sisi Medis dan Cara Mengatasinya

Ketindihan sering dikaitkan dengan kejadian mistis di Indonesia. Namun faktanya kondisi ini juga bisa dijelaskan secara medis.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 02 Jul 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2024, 03:00 WIB
Ilustrasi ketindihan
Ilustrasi ketindihan (Wikipedia/Fritz Schwimbeck)

Liputan6.com, Bandung - Hampir sebagian orang mungkin pernah mengalami momen ketindihan ketika tertidur lelap. Diketahui dalam medis ketindihan merupakan kondisi yang disebut dengan istilah Sleep Paralysis”.

Biasanya kondisi ini membuat seseorang merasa terjaga, tetapi tidak dapat bergerak atau berbicara. Ketindihan juga biasanya mengalami perasaan berat pada bagian dada dan sensasi yang menakutkan atau halusinasi.

Akibatnya, ketindihan sering dihubungkan dengan cerita rakyat atau kepercayaan mistis adanya gangguan dari makhluk tertentu. Namun, dari sisi medis, ternyata kondisi tersebut bisa dijelaskan dengan lebih rasional.

Sebagai informasi lebih jelasnya gejala umum dari ketindihan biasanya meliputi tidak bisa bergerak atau berbicara. Namun, orang tersebut secara sadar terjaga, tetapi tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

Orang yang mengalami ketindihan juga mengalami sensasi tekanan pada bagian dadanya atau merasakan adanya beban berat pada dada mereka sehingga sulit untuk bernapas. Orang yang mengalami ketindihan juga kerap memunculkan halusinasi yang menakutkan.

Contohnya saja halusinasi yang menampilkan visual, auditori, ataupun sensorik seperti melihat bayangan atau mendengar suara yang tidak ada. Meskipun ketindihan sering dikaitkan dengan hal mistis, tetapi secara medis hal ini bisa dijelaskan alasannya.

Bahkan juga, terdapat langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya kondisi ketindihan tersebut dan mengetahui apa penyebab umum yang membuat seseorang mengalaminya.

Jadi Apa Itu Ketindihan dalam Medis?

Ilustrasi tidur, bermimpi
Ilustrasi tidur, bermimpi. (Photo created by jcomp on www.freepik.com)

Mengutip dari Siloam Hospital ketindihan disebut sebagai sleep paralysis dalam dunia medis. Kondisi ini termasuk dalam salah satu gangguan tidur yang menyebabkan seseorang kesulitan menggerakan tubuhnya sekalipun dalam keadaan sadar.

Kondisi tersebut umumnya terjadi ketika seseorang berada di masa transisi antara tertidur dan terbangun. Seseorang yang mengalami ketindihan atau sleep paralysis jarang mengakibatkan masalah serius.

Namun terkadang juga bisa jadi salah satu gejala “Narkolepsi” yaitu gangguan tidur yang mengakibatkan penderitanya tidak mampu mengontrol rasa kantuk. Berdasarkan waktu terjadinya sleep paralysis ternyata bisa dibedakan menjadi dua jenis seperti berikut:

Hypnopompic Sleep Paralysis

Hypnopompic Sleep Paralysis merupakan jenis yang terjadi ketika seseorang terbangun secara tiba-tiba ketika otak belum siap mengirimkan sinyal bangun kepada otot. Sehingga tubuh tidak bisa digerakan sekalipun sudah dalam keadaan sadar.

Hypnagogic Sleep Paralysis

Hypnagogic Sleep Paralysis merupakan jenis yang terjadi ketika seseorang baru saja tertidur. Kemudian pada waktu tersebut tubuh memasuki fase NREM (Non Rapid Eye Movement) dan mengalami relaksasi otot.

Sehingga ketika seseorang tiba-tiba tersadar di fase tersebut akibatnya akan timbul sensasi seakan-akan tidak dapat bergerak.

Penyebab Terjadinya Ketindihan

tidur siang
ilustrasi perempuan tidur siang/Photo by Zohre Nemati on Unsplash

Ketindihan sering kali dikaitkan dengan kisah mistis atau paranormal experience karena tidak bisa bergerak secara sadar. Namun faktanya kondisi ini bisa terjadi karena mekanisme otak dan tubuh yang tidak berjalan selaras.

Diketahui ada dua fase yang terjadi ketika seseorang sedang tertidur yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan Non-rapid Eye Movement (NREM). Pada fase REM merupakan fase ketika seseorang bersiap untuk tidur.

Kemudian di fase tersebut tubuh menjadi lebih rileks dan detak jantung serta napas melambat. Sementara fase NREM merupakan fase tidur paling dalam di mana seseorang mulai bermimpi.

Saat seseorang sedang bermimpi saraf parasimpatis akan memerintahkan otot berhenti berkontraksi. Sehingga hal tersebut yang membuat tubuh tidak dapat bergerak ketika tiba-tiba terbangun.

Kondisi ini juga bisa terjadi hampir kepada semua orang dan penyebab umumnya bisa dikarenakan hal berikut:

  • Waktu tidur yang tidak cukup.
  • Stres berat.
  • Gangguan mental seperti depresi, bipolar, atau anxiety disorder.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu.
  • Kebiasaan merokok.
  • Perubahan pola tidur atau tidur di tempat yang tidak nyaman.
  • Konsumsi kafein dan minuman beralkohol secara berlebihan.

Cara Mengatasi Ketindihan

Ilustrasi perempuan tidur, bermimpi
Ilustrasi perempuan tidur, bermimpi. (Photo created by diana.grytsku on www.freepik.com)

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya ketindihan:

1. Pastikan pola tidur teratur

Menjaga pola tidur secara teratur dengan jam tidur yang konsisten setiap harinya bisa membantu untuk mencegah terjadinya ketindihan. Pastikan untuk tidur dan bangun di waktu yang sama setiap harinya termasuk di akhir pekan.

2. Hindari stres

Ketindihan juga bisa terjadi karena adanya gangguan mental termasuk salah satunya adalah stres dan kecemasan. Sehingga untuk menghindarinya bisa mengelola stres dengan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan yang membantu meningkatkan kualitas tidur.

3. Perbaiki lingkungan tidur

Memperbaiki lingkungan tidur yang nyaman dan tenang bisa membantu tidur menjadi lebih baik. Terutama dengan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, tenang, suhu ruangan sesuai, hingga minimnya cahaya serta kebisingan.

4. Perhatikan posisi tidur

Pilih posisi tidur yang nyaman dan baik terutama untuk yang sering tidur secara terlentang coba untuk tidur miring dengan posisi yang bisa membuat tubuh menjadi lebih nyaman dan aman.

5. Konsultasi dengan dokter

Jika ketindihan menjadi lebih sering terjadi bahkan mengganggu kualitas tidur bisa lakukan konsultasi kepada dokter atau spesialis. Hal ini untuk mendapatkan pertolongan dan menentukan penyebab yang mendasari kondisi tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya